STIKes
AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi,
Agustus 2013
Rendo
Julianza
HUBUNGAN
PENGETAHUAN
IBU TENTANG GIZI DAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS TULANG
BAWANG
TAHUN 2013
xv + 52 Halaman + 8 Tabel + 2 Gambar + 8 Lampiran
ABSTRAK
Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap
masalah gizi. Kekurangan gizi dapat menyebabkan efek yang serius
yaitu kegagalan pertumbuhan fisik, menurunnya perkembangan
kecerdasan. Status gizi balita dapat dipengaruhi oleh pendapatan
keluarga, pemeliharaan kesehatan, program pemberian makanan tambahan,
pengetahuan, pendidikan. Dalam hal ini peneliti ingin
mengetahui hubungan
pengetahuan
ibu tentang gizi dan status ekonomi keluarga dengan status gizi balita di
wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang Tahun 2013.
Jenis penelitan ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional.
Penelitin ini dilakukan di
wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang tahun 2013. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi balita sebanyak 3.745
balita
yang kemudian diambil sampel secara acak sebesar 100 orang. Alat pengumpul data
dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner pengetahuan tentang
gizi dan status ekonomi, untuk status gizi balita peneliti melakukan penggukuran
dengan timbangan dacin.
Analisa data bivariat menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian diperoleh Pengetahuan ibu tentang gizi, sebagian besar kurang
baik yaitu 62 orang (62%), Status ekonomi sebagian besar
dalam katagori rendah yaitu 54 orang (62%. Hasil uji statistic diperoleh Ada hubungan pengetahuan ibu
tentang gizi dengan status gizi pada balita P value = 0,008, OR =
3,892, ada hubungan
status
ekonomi dengan status gizi pada balita P value = 0,000, OR =
8,333, ada hubungan antara pengetahuan dan status ekonomi dengan status gizi
pada balita. P value = 0,000. Bagi petugas kesehatan untuk lebih aktif
memberikan penyuluhan pada ibu tentang makanan tambahan yang mengandung gizi
tinggi dengan memanfaatkan bahan makanan yang ada disekitar lingkungan.
Kata
Kunci : Pengetahuan, Ekonomi, Status Gizi
Kepustakaan
: 27 (2002-2012)
STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
Skripsi,
Agustus 2013
Rendo
Julianza
RELATIONSHIP KNOWLEDGE ECONOMIY STATUS
OF NUTRION AND NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN WITH FAMILY IN THE AREA OF TULANG
BAWANG UPT YEAR 2013
xv + 52 pages + 8 tables + 2 image + 8 attachments
ABSTRACT
Children under five is one class of
people who are prone to nutritional problems. Nutritional deficiencies can
cause serious effects that the failure of physical growth, reduced the
development of intelligence. Nutritional status of children can be affected by
family income, health care, supplementary feeding programs, knowledge,
education.
In this case the researchers wanted to
know the relationship between mothers' knowledge of nutrition and economic
status of families with nutritional status of children in the region of UPT
Puskesmas Tulang Bawang in 2013
The
study was cross sectional analytic approach. The research was carried out in
the region of UPT Puskesmas Tulang Bawang in 2013. The population in this study
were mothers who had as many as 3745 babies toddler toddlers are then taken at
random sempel of 100 people. Means of collecting data in this study using the
questionnaire about side knowledge Nutrition and Economic status, nutritional
status of children under five investigators to take measurements with
steelyard. Bivariate data analysis using Chi Square.
The results obtained knowledge of
mothers about nutrition, the less well most Big 62 men (62%), the economic
status of most of the lower categories of the 54 people (54%). Results of
statistical tests obtained no relationship with mothers' knowledge of nutrition
Nutritional status of children under five P Value = 0.008, OR = 3892, there is
a relationship with the economic status Nutritional status of children under
five P Value = 0.000 OR = 8.333 there is a relationship between knowledge and
economic status with status underweight children under five. P value = 0.000.
For health workers to be more active in educating mothers about food additives
that contain High Nutrition by utilizing existing food around the neighborhood
Keywords:
knowledge, economic, nutritional status
Bibliography:
27 (2002-2012)
PENDAHULUAN
Paradigma pembangunan
nasional yang berorientasi global dan berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi
tidak akan terlaksana tanpa adanya peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas. Indikator kualitas hidup manusia salah satunya adalah derajat
kesehatan. Status gizi yang baik diperlukan untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal, agar bisa membentuk manusia yang berkualitas dalam membangun bangsa
dan Negara (Juwita, 2009).
Sumber daya manusia yang berkualitas
dapat ditingkatkan dengan peningkatan status gizi masyarakat, terutama
kelompok-kelompok rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita
(Depkes RI,2006).
Data terakhir dari Susenas tahun 2010
menunjukkan jumlah penduduk Indonesia adalah 231 juta jiwa, anak umur 0-4 tahun
mencapai 5,8%, dengan jumlah yang sedemikian besar maka diperlukan perhatian
khususnya balita, karena balita sedang ada dalam periode pertumbuhan yang
sangat pesat (Sediaoetama, 2009).
Anak balita merupakan salah satu golongan
penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Mereka mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam
jumlah yang cukup dan memadai. Bila sampai terjadi kurang gizi pada masa balita
dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental
(Arisman, 2010).
Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) berdasarkan pengelompokkan prevalensi gizi kurang Indonesia
tergolong sebagai negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi pada 2010,
hal ini disebabkan karena 5.119.935 balita dari 17.983.244 balita Indonesia
(28,47 persen) termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk. Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SDKI, 2012) ditinjau dari tinggi badan, sebanyak
25,8% anak balita Indonesia pendek. Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan
tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat
mempengaruhi perkembangan otak anak (SDKI, 2012).
Data Kementrian Kesehatan
menyebutkan pada tahun 2011 masalah gizi masih terjadi di 77,3 % kabupaten dan
56 persen kota di Indonesia, dilaporkan dari tahun 2006 sampai 2008 cenderung menurun,
namun pada tahun 2009 jumlah kasus balita gizi buruk meningkat dibandingkan
tahun 2008 yaitu dari 41.064 kasus (2008) menjadi 56.941 kasus (2009) sedangkan
pada tahun 2010 dan 2011 jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan kembali turun
menjadi 43.616 kasus dan 40.412 kasus. (Kemenkes RI, 2012).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2010
menunjukkan, prevalensi gizi buruk balita di Tanah Air masih 4,9%, meskipun
angka ini sudah menurun dari 2007 yang mencapai 5,4%. Anak balita yang
masuk dalam kategori gizi kurang menurut Riskesdas 2010 masih bertahan pada
angka 13%. Sedangkan prevalensi tubuh pendek (stunting)
pada balita mencapai 35,7% atau mengalami penurunan dibanding 2007 (36,7 %)
(Riskedas, 2010).
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan di Provinsi
Lampung pada tahun 2011 sebanyak 193 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten
Lampung Selatan (26 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Tanggamus
(1 kasus) sementara ini kabupaten Tulang Bawang masih menempati urutan ke 7 (13
kasus) (Kemenkes, 2012).
Cakupan penimbangan balita merupakan
indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, tingkat partisipasi masyarakat
serta prevalensi gizi kurang. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten dan Kota cakupan di Provinsi Lampung tahun 2011 sebesar 65,5% (Target
70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 5 (35,7%).
Cakupan tertinggi Kabupaten Pringsewu (79,6%) dan terendah Kabupaten Tulang
Bawang (41,8%). Semakin tinggi cakupan, semakin tinggi cakupan vitamin A,
semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang
(Kemenkes, 2012).
Prevalensi jumlah penderita gizi kurang pada
balita diwilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang tahun 2011 sebesar 197 (5,3%) dan
meningkat tahun 2012 sebesar 226 (7,26%) (SP2TP Puskesmas Tulang Bawang,
2012).
Menurut laporan bulanan (SP2TP) program gizi Puskesmas
Tulang Bawang pada bulan Maret terdapat 43 balita yang di indentifikasi
mengalami gizi kurang (SP2TP Puskesmas Tulang Bawang, 2012).
Gangguan gizi
disebabkan oleh faktor primer atau sekunder, faktor primer adalah susunan
makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas contohnya penyediaan
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, faktor sekunder
meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel
tubuh setelah makanan di konsumsi (Almatsier, 2002).
Kekurangan gizi dapat
menyebabkan efek yang serius yaitu kegagalan pertumbuhan fisik, menurunnya
perkembangan kecerdasan, menurunnya produktivitas, dan menurunnya daya tahan
terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Balita yang kekurangan gizi
sangat berpengaruh pada perkembangan otak yang proses pertumbuhannya terjadi
pada masa itu (Achmadi, 2007).
Supariasa (2012), menyebutkan bahwa status
gizi balita dapat dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, pemeliharaan kesehatan,
program pemberian makanan tambahan, pengetahuan, pendidikan, pola asuh
keluarga, dan jumlah anak dalam keluarga. Pendidikan ibu merupakan salah satu
faktor utama yang mempengaruhi status gizi pada balita. Hal ini dapat dikaitkan
dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu tentang pentingnya gizi pada
balita.
Faktor lain yang
mempengaruhi status gizi adalah Tingkat sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan
keluarga untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita, disamping itu, keadaan
sosial ekonomi juga berpengaruh pada pemilihan macam makanan tambahan dan waktu
pemberiannya serta kebiasaan hidup sehat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
status gizi balita (Achmadi, 2007).
Dari hasil pre survey pada tanggal 7
Februari 2013 kepada 10 ibu yang membawa balita untuk melakukan perawatan dan
pengobatan balita dengan status gizi kurang ke Puskesmas Tulang Bawang didapat
hasil penimbangan balita dan observasi grafik KMS 6 atau (60%) tetap berada
dibawah garis kuning atau berat badan tidak naik atau tidak mengikuti garis
pertumbuhan. Dari 6 ibu tersebut 100% tidak mengetahui manfaat dan jenis
makanan tambahan yang diberikan bagi balita gizi kurang dirumah dan juga
memiliki oedapatan rata-rata kurang dari 500 ribu per bulan pendapatan tersebut
masih jauh dari UMR kabupaten Tulang Bawang yaitu sebesar Rp 1.155.000.
METODE
PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Observasi analitik dengan pendekatan crossectional.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 100
sampel, yang mengikuti penelitian dan menandatangani lembar inform consent,
di UPT puskesmas Tulang Bawang.
Pengumpulan data pada penelitian ini
melalui bebrapa tahap, sebelum melakukan pengumpulan data peneliti telah
menyiapkan lembar kuesioner yang dilakukan uji validitas dan reliabilitas
terlebih dahulu, untuk mrngukur
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan status ekonomi keluarga sedangkan
pengukuran status gizi peneliti menyiapkan timbangan dacin.
Uji statistik yang dilakukan dalam
penelitian adalah chi square. Taraf kesalahan yang digunakan
adalah 5%
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
a. Status Gizi
Tabel
1
Distribusi
Frekuensi Status
Gizi pada Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tulang Bawang Tahun 2013
Status gizi
|
Jumlah
|
Persentase (%)
|
Kurang Baik
|
36
|
36,0
|
Baik
|
64
|
64,0
|
Jumlah
|
100
|
100
|
Berdasarkan
tabel distribusi
frekuensi status
gizi balita balita di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang Tahun 2013, dapat
diketahui dari
100 balita sebesar 36 balita (36%) memiliki status
gizi kurang baik dan
sebesar 64
balita
(64%) memiliki status
gizi baik.
b. Pengetahuan Ibu
tentang Gizi
Tabel
2
Distribusi
Frekuensi Pengetahuan
ibu Tentang Gizi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tulang Bawang Tahun 2013
Pengetahuan
|
Jumlah
|
Persentase (%)
|
Kurang Baik
|
62
|
62,0
|
Baik
|
38
|
38,0
|
Jumlah
|
100
|
100
|
Berdasarkan
tabel distribusi
frekuensi pengetahuan ibu tentang
gizi di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang Tahun 2013, dari 100 ibu dapat
diketahui sebesar
62 orang (62%) memiliki
pengetahuan kurang baik dan sebesar 38 orang (38%) memiliki
pengetahuan baik.
c. Status Ekonomi
Tabel
3
Distribusi
frekuensi status
ekonomi pada keluarga balita di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang Tahun
2013
Status Ekonomi
|
Jumlah
|
Persentase (%)
|
Rendah
|
54
|
54,0
|
Tinggi
|
46
|
46,0
|
Jumlah
|
100
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.5 distribusi
frekuensi status
ekonomi pada keluarga balita di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang
Tahun 2013, dari 100
keluarga balita dapat
diketahui sebesar
54 orang (54%) memiliki status
ekonomi rendah dan
sebesar 46
orang
(46%) memiliki status
ekonomi tinggi.
Analisis
Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan Ibu
tentang Gizi dengan Status Gizi pada Balita.
Berdasarkan
tabel tentang hubungan pengetahuan ibu
tentang gizi dengan status gizi pada balita di wilayah kerja UPT puskesmas
Tulang Bawang Tahun 2013, dapat diketahui
bahwa 46,8% ibu yang kurang mengetahui tentang gizi memiliki balita kurang
gizi, sedangkan 18,4% ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang gizi memiliki
balita kurang gizi. Hasil uji statistik chi square didapat nilai p
value = 0,008 (0,008 < 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan ibu
tentang gizi dengan status gizi pada balita di wilayah kerja UPT puskesmas
Tulang Bawang Tahun 2013.
OR
didapat 3,892 artinya ibu yang pengetahuannya kurang baik tentang gizi berisiko
memiliki balita gizi kurang sebesar 3,892 kali dibandingkan dengan ibu yang
memiliki pengetahuan baik.
b. Hubungan status ekonomi
dengan status gizi pada balita.
Berdasarkan
tabel diatas tentang hubungan status ekonomi
dengan status gizi pada balita di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang
Tahun 2013, dapat diketahui
bahwa 55,6% keluarga dengan status ekonomi rendah memiliki balita gizi kurang,
sedangkan 13,0% keluarga dengan status ekonomi tinggi memiliki balita gizi
kurang. Hasil uji statistik chi square didapat nilai p value =
0,000 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan status ekonomi
dengan status gizi pada balita di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang
Tahun 2013.
OR
didapat 8,333 artinya balita yang memiliki keluarga dengan status ekonomi
rendah berisiko mengalami gizi kurang sebesar 8,333 kali dibandingkan dengan
balita yang memiliki keluarga dengan status ekonomi tinggi.
Pembahasan
1. Hubugan
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Status Gizi pada Balita.
Hasil
uji statistik chi square didapat nilai p value = 0,008 (0,008
< α 0,05), maka
dapat disimpulkan ada
hubungan
pengetahuan
ibu tentang gizi dengan status gizi pada balita di wilayah kerja UPT puskesmas
Tulang Bawang Tahun 2013.
OR
didapat 3,892 artinya ibu yang pengetahuannya kurang baik tentang gizi berisiko
memiliki balita gizi kurang sebesar 3,892 kali dibandingkan dengan ibu yang
memiliki pengetahuan baik.
Kurangnya
pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah
umum dijumpai setiap Negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan
pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi,
penyebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan
tentang dan mengetahui kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2006).
Hasil penelitian
ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan Arita Mandasari
(2006) tentang
hubungan antara pengetahuan ibu dan pendapatan keluarga dengan
status gizi anak balita umur 3-5 tahun di Puskesmas 4 Ulu Palembang tahun 2006.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dan
pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi anak
balita umur 3-5 tahun.
Kurangnya
pengetahuan ibu tentang pemberian gizi dan pemantauan status gizi pada balita
dapat menyebabkan balita mengalami gizi kurang bahkan gizi buruk. Hal ini
disebabkan karena ibu tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi pada baliata seperti
pemilihan bahan makanan yang bergizi, seperti sayuran, buah buahan yang
mengadung gizi tinggi dan juga pemberian vitamin. Tidak terpantaunya
pertumbuhan balita menyuebabkan ibu tidak mengetahui kondisi kesehatan balita.
Kurangnya
pengetahuan ibu tentang gizi di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang Tahun
2013, disebabkan oleh kurangnya ini informasi yang didapat oleh para ibu
mengenai gizi balita. Kurangnya informasi disebabkan kurang aktifnya petugas
kesehatan memberikan penyuluhan mengenai gizi pada ibu. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap ibu yang memiliki balita gizi kurang baik mengatakan petugas
kesehatan jarang memberikan penyuluhan mengenai gizi pada balita baik cara
pemberian makanan pada balita dan jenis makanan yang harus diberikan.
Selain
itu sebagian besar ibu bekerja sebagai buruh sadap karet sehingga mereka tidak
sempat membawa balita berkunjung ke posyandu yang dilakukan pada pagi hari. Tidak
aktifnya ibu utuk berkunjung ke posyandu menyebabkan ibu tidak mengetahui
status gizi balita sehingga ibu tidak mendapatkan informasi mengenai kondisi
status gizi balita.
Tingkat
pendidikan ibu sebagia besar hanya bersekolah hingga SMP. Rendahnya pendidikan
responden menyebakan ibu sulit intuk menerima informasi mengenai gizi. Menurut
Notoatmodjo (2010) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan lebih mudah
menerima informasi yang didapat, Begitu juga sebaliknya seseorang yang
berpendidikan rendah sulit untuk menerima materi atau informasi.
Menurut
Supariasa (2012), menyebutkan bahwa status gizi balita dapat dipengaruhi oleh
pendapatan keluarga, pemeliharaan kesehatan, program pemberian makanan
tambahan, pengetahuan, pendidikan, pola asuh keluarga, dan jumlah anak dalam
keluarga. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi
status gizi pada balita. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan
pemahaman ibu tentang pentingnya gizi pada balita.
Berdasarkan
teori diatas menurut peneliti adanya hubungan ada hubungan pengetahuan ibu
tentang gizi dengan status gizi pada balita di wilayah kerja UPT puskesmas
Tulang Bawang Tahun 2013 kemungkinan disebabkan karena kurangnya upaya
promotif yang intensif dari petugas kesehatan dalam mensosialisasikan takaran
pemberian makanan tambahan pada balita kepada ibu-ibu yang memiliki balita gizi
kurang sesuai standar pemberian untuk memenuhi nilai gizi baik kalori maupun
protein balita. Kurangnya
sosialisasi
tersebut mempengaruhi pola fikir (kognitif) ibu-ibu yang diaplikasikan dalam
pemberian makanan tambahan yang sesuai anjuran petugas kesehatan.
2. Hubungan Status
Ekonomi dengan Status Gizi Balita
Hasil uji
statistik chi square didapat nilai p value = 0,000 (0,000 < α 0,05), maka
dapat disimpulkan ada hubungan status ekonomi
dengan status gizi pada balita di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang
Tahun 2013.
OR
didapat 8,333 artinya balita yang memiliki keluarga dengan status ekonomi
rendah berisiko mengalami gizi kurang sebesar 8,333 kali dibandingkan dengan
balita yang memiliki keluarga dengan status ekonomi tinggi.
Menurut Badan
Pusat Statistik (2012) pengertian pendapatan keluarga adalah seluruh
pendapatandan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota Rumah Tangga
Ekonomi (ARTE). Sedangkan menurut Sumardi (2004), pendapatan adalah jumlah
penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk
memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga.
Umumnya,
jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung ikut membaik juga
(Suhardjo, 2005). Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang
akan dibeli dengan adanya tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, semakin
besar pula persentase dari penghasilan tersebut dipergunakan untuk membeli
buah, sayur mayur dan berbagai jenis bahan pangan lainnya. Jadi penghasilan
merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas.Pengaruh peningkatan
penghasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain yang
mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlawanan hampir universal
(Sediaoetama, 2010).
Hasil
ini penelitian diatas sejalan dengan Hasil penelitian Syaiful Anwar (2008)
didesa Sido Mulyo yang menyatakan bahwa 63,3% responden dengan pendapatan
rendah memiliki balita dengan status gizi kurang. Hasil uji chi
square didapat p value < alpha (0,021 < 0,05) ada hubungan bermakna
antara pendapatan dengan status gizi kurang pada balita
Rendahnya
tingkat ekonomi pada keluarga balita di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang
Bawang Tahun 2013, disebakan oleh sebagian besar warga hanya memiliki pekerjaan
sebagai buruh tani, dan juga petani sawah tadah hujan. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap reponden dengan pendapatan renda mengatakan, pekerjaan buruh
tani yang belum pasti penghasilannya dan juaga upah yang rendah sehingga
pendapatan mereka tidak cukup untuk membeli bahan makanan yang bergizi tinggi.
Pendapatan
adalah dengan gaji, upah, serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah orang
itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Pendapatan keluarga adalah
seluruh pendapatan dan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota Rumah
Tangga Ekonomi (ARTE). Seseorang dengan pendapatan tinggi akan memiliki daya
beli terhadap bahan pokok sebagai sumber pemenuhan suplai gizi yang didapat
dari makanan yang mengandung nilai gizi yang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan balita (Sediaoetama,
2010).
Berdasarkan
teori diatas menurut peneliti adanya hubungan status ekonomi
dengan status gizi pada balita di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang
Tahun 2013
disebabkan karena responden dengan pendapatan tinggi akan mampu membeli bahan
makanan yang mengandung nilai gizi kemudian diterapkan dalam menu makanan
sehari-hari yang dikonsumsi oleh balita, hal ini menyebabkan kebutuhan gizi dan
nutrisi balita terpenuhi secara adekuat / cukup sehingga dapat menjadi faktor
preventif terjadiya status gizi kurang pada balita pada balita. Begitupun
sebaliknya responden dengan pendapatan keluarga yang rendah maka daya beli
terhadap makanan yang mengandung nilai gizi pun menjadi berkurang. Hal ini
dapat berkorelasi dengan kurangnya suplai asupan gizi dan nutrisi pada balita
yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya status gizi kurang pada balita
dengan indikator bawah garis merah pada balita.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Status gizi pada
balita di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang Tahun 2013, sebagian besar
gizi baik yaitu
64 balita (64%).
2. Pengetahuan ibu
tentang gizi di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang Tahun 2013 , sebagian
besar kurang baik yaitu 62 orang (62%).
3. Status
ekonomi pada keluarga balita
di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang Tahun 2013, sebagian besar
dalam katagori rendah yaitu 54 orang (62%).
4. Terdapat hubungan pengetahuan ibu
tentang gizi dengan status gizi pada balita di wilayah kerja UPT puskesmas
Tulang Bawang Tahun 2013.
P value = 0,008.
5. Terdapat hubungan status ekonomi
dengan status gizi pada balita di wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang
Tahun 2013.
P value = 0,000.
Saran
1. Dapat
menambah wawasan peneiti mengenai hubungan pengetahuan tentang gizi dan status
ekonomi dengan status gizi pada balita, sehingga dapat mengaplikasikan pada
masyarakat sebagai calon petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pengetahuan gizi sehingga masyarakat lebih memahami tentang
pemberian gizi pada balita.
2. Perlu adanya
penambahan frekuensi pemberian makanan tambahan diposyandu untuk mencukupi
asupan gizi balita.
3. Bagi
ibu-ibu di
wilayah kerja UPT puskesmas Tulang Bawang Agar lebih memperhatikan status
gizi balitanya melalui pemberian makanan dan menu makanan tambahan dengan nilai
gizi seimbang sebagai upaya mencegah terjadinya gizi kurang pada balita
4. Bagi peneti
selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan
dengan status gizi balita dengan variabel lain balitayang tidak tercantum pada
penelitian ini seperti dukungan petugas kesehatan, status imunisasi dan juga
keteraturan berkunjung ke posyandu.
DAFTAR
PUSTAKA
Achadi,
E, 2007.
Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Almatsier,
S, 2002. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Almatsier,
S.2010.
Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Arisman, 2010. Gizi
Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Arita Mandasari,
2006.
Hubungan antara pengetahuan ibu dan pendapatan keluarga dengan
status gizi anak balita. www.library.unsri.co.id.
Diakses tanggal 20 Juni 2013.
Arya Rizky
Pratama,
2012. Pengaruh
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pengetahuan ibu, sikap ibu dan perilaku
ibu dan faktor yang paling berpengaruh pada status gizi balita di Kecamatan
Kesamben.
Dalam http/unimus/sripsi. Diakses tanggal 20 Juni 2013.
Depkes RI . 2006. Pedoman
Pelayanan Gizi
Rumah Sakit. Jakarta: Ditjen Bina Kesehatan
Masyarakat.
Disnakertras,
2013. UMP (Upah Minimum Propinsi) Lampung pada tahun 2013. http://disnakertrans.lampungprov.go.id, diakses tanggal
15 Juni tahun 2013.
Hastono, S,
2007. Analisa
Data Kesehatan. Jakarta : FKM UI
Herwin, 2004. Beberapa
faktor yang berkaitan dengan penyebab gizi kurang pada balita. Dalam http://astaqauliyah.com/2006/12/pola-asuh-dalam-hubungannya- diakses tanggal
15 Juni 2013.
Juita, 2009. Jurnal
Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition).
Dalam www.ijcn.or.id/. Diakses tanggal 15 Juni 2013.
Kemenkes RI, 2012. Kinerja
pembinaan gizi yahun 2011. Jakarta: Bina Gizi
Kemenkes, 2010. Buku
SK-Atropometri, 2010. Jakarta : Kemenkes
Marimbi, 2010.Tumbuh Kembang,
Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Notoatmodjo. 2005. Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Riskedas, 2010. Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta : Balitbankes
Sediaoetama,
2010,
Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian Rakjat
Sediaoetama, AD,
2009. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat.
Soegeng Santoso dan Anne Lies
Ranti, 2004.
Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.
SP2TP Puskesmas
Tulang Bawang, 2012. Laporan Program Gizi Puskesmas Tulang Bawang tahun
2012. Tulang Bawang : Puskesmas Tulang Bawang
Suhardjo,
2005. Perencanaan Pangan Dan Gizi. Jakarta: PT Bumi Aksara
Suhardjo.
2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sumardi,
M,2004. Kemiskinan
dan kebutuhan pokok : Jakarta : Rajawali.
Supariasa, 2002. Penilaian
Status Gizi. Jakarta : EGC
Syaiful Anwar,
2008. Hubungan antara status ekonomi dengan status gizi kurang pada balita
. Skripsi : STIKes Mitra Lampung.
0 komentar:
Posting Komentar