HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU
TENTANG ASI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI PUSKESMAS KELUMBAYAN BARAT
KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2015
Oleh:
AGUS
SUPRIYANTO
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Aisyah
Pringsewu Lampung
ABSTRAK
LatarBelakang
Pemberikan ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si
bayi, yang harus diberikannya selama 6 bulan tanpa makanan atau susu
formula lainnya. Data menunjukan masih rendahnya pemberian ASI
eksklusif. Ibu yang memberikan ASI pada bayi usia 0-1 bulan sebanyak 45%, usia
2-3 bulan sebanyak 38,3%
dan usia 4-5 bulan sebanyak 31%. Masih rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor pengetahuan
ibu tentang ASI. Hal ini menarik untuk peneliti melakukan penelitian di
Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI terhadap pemberian ASI
ekslusif di Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2015.
Metode penelitian
Jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian menggunakan metode survey
analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi meliputi
seluruh Ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten
Tanggamus sejumlah 76 orang dengan totality sampel. Jenis data adalah
data primer. Alat pengumpul data menggunakan lembar ceklist dan kuisioner. Analisa
data menggunakan univariat dan bivariat menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian
didapatkan sebanyak 44.7% responden memiliki pengetahuan kurang, 56,6%
responden tidak smemberikan ASI Eksklusif dan ada hubungan antara
pengetahuan ibu tentang asi terhadap pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas
Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus dengan p value = 0,000.
Kata Kunci : Pengetahuan,
Ibu menyusui, ASI Eksklusif
Pustataka : 19 ( 2001 –2013)
PENDAHULUAN
Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting dalam
keberhasilan Pembangunan Nasional, anak sebagai SDM penerus bangsa dan
harapan masa depan keluarga, masyarakat, dan Negara perlu diberikan
pembinaan dan terarah sedini mungkin, bahkan sejak dalamkandungan. Setelah
bayi lahir perlu diberikan pemberian makanan yang dapat menjamin pertumbuhan
jasmani dan rohaninya secara optimal. Mencapai tumbuh kembang anak yang
optimal antara lain dengan memberikan ASI (Air Susu Ibu) kepada bayi, sejak
lahir, pada menit-menit awal kehidupan, sampai usia 6 bulan ASI diberikan
eksklusif tanpa makanan lainnya, kemudian setelah 6 bulan ASI tetap
diberikan dengan di damping makanan tambahan (MP-ASI) yang bergizi dan
disesuaikan dengan usianya (Judarwanto, 2006).
Upaya
untuk mewujudkan penurunan angka kematian dan kesakitan padabayi dan anak
dapat dimulai melalui peran ibu dalam menyusui. Menyusuimerupakan cara
pemberian ASI guna pemenuhan nutrisi bagi pertumbuhandan perkembangan bayi,
karena didalam ASI terkandung faktor pertahanan tubuh humural seperti lactoferin,
lizozim, imunologi dan zat – zat hidup lain, serta terkandung zat – zat
gizi sempurna yang tidak terkandung didalam susu formula.
ASI
merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan
pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan
energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan fungsi traktus
digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir,
serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum.
Pemberikan
ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si bayi, memang
tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya selama 6 bulan, masa 6 bulan
inilah yang di sebut ASI eksklusif. Pada masa 6 bulanbayi memang belum
di beri makanan selain susu untuk itu ibu harus memberikan perhatian
yang ekstra pada bayi.
Berbagai
fenomena yang ada menunjukan bahwa bayi-bayi yang tidak diberikan ASI
Eksklusif selama 13 minggu pertama dalam kehidupannya memiliki tingkat
infeksi pernafasan dan infeksi saluran cerna yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi-bayi lain yang diberikan ASI. Menurunnya tingkat
infeksi saluran cerna ini tetap bertahan bahkan sesudah selesai masa
pemberian ASI dan
berlanjut hingga tahun-tahun pertama dalam kehidupan anak. Selain itu,
bayi-bayi yang tidak diberikan ASI mudah terkena penyakit -penyakit lain yang
berhubungan dengan kekebalan tubuh (Riskesdas, 2013)
Di
Indonesia, persentase pemberian ASI eksklusif menurut umur anak dan
karakteristik responden, persentase pemberian ASI eksklusif lebih tinggi
diberikan pada bayi hanya sampai usia 0-1 bulan (45%), usia 2-3
bulan(38,3%), dan usia 4-5 bulan (31%). Pemberian ASI eksklusif juga lebih
tinggidi daerah pedesaan dibandingkan perkotaan, berturut-turut
persentasenya41,7% dan 50% (Riskesdas, 2013).
Masih
rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: a). ASI yang kurang; b). Bayi
yangrewel/cengeng; c. Ibu yang bekerja; d). Kepercayaan masyarakat yang
tidakmendukung; e). Pengetahuan tentang ASI yang kurang; f). Ibu sakit/tidak
bisamenyusui serta g). Gencarnya promosi susu formula. Faktor sosial
ekonomijuga merupakan salah satu faktor resiko ketidak berhasilan
pemberian ASIeksklusif (Riskesdas, 2013).
Beberapa
penelitian mendapatkan bahwa sebagian besar hambatan untukmenyusui adalah
kurangnya pengetahuan dan informasi yang tidak benar atau tidak konsisten. Penelitian
terhadap 124 wanita Vietnam yang tinggal diAustralia menyatakan faktor
yang paling penting untuk menyusui adalahsikap yang positif dari ibu
dan tenaga kesehatan (Rossita dan Yam, 2000). Perilaku menyusui berkaitan
dengan pengetahuan yang kurang, kepercayaan atau persepsi dan sikap yang salah
dari ibu mengenai ASI. Dukungan suami,keluarga, tenaga kesehatan dan
masyarakat sangat diperlukan agar ibu dapatmenyusui secara eksklusif. Ibu
sebagai bagian dalam keluarga memegangperanan sangat penting dalam upaya
ini.
Namun
pengetahuan ibu ini tidak hanya di pengaruhi oleh tingkatpendidikan
ibu tetapi juga dari sumber informasi yang didapat ibu darilingkungan
luar terutama peran media massa dalam memberikan informasi. Informasi yang
disampaikan media massa yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu
informasi atau iklan susu formula yang sekarang inisedang
gencar-gencarnya dilakukan oleh produsen susu. Ibu- ibu tersebut mendapatkan
informasi tentang susu dari media massa (majalah, televisi,koran dan
radio). Media massa mempunyai peranan dalam memperluas wawasan ibu,
terutama televisi, majalah, Koran dan radio. Iklan tentang susu yang sering
tampil di televisilah yang memperkenalkan ibu pada produk susu
Hal
tersebut juga sesuai dengan data riskesdas 2012, dimana jenismakanan
prelaktal yang paling banyak diberikan pada bayi oleh keluarganya ialah susu
formula yaitu sebanyak 71,3 persen. Lalu berdasarkan data SurveiDemografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tercatat bahwa jumlah bayi dibawah 6 bulan
yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% (SDKI, 2002-2003) menjadi 27,9%
(SDKI, 2007).
Upaya
yang telah dilakukan jajaran tenaga kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan adalah melakukan pendidikan kesehatan atau
penyuluhan terhadap ibu selama hamil dan setelah bersalin
maupun masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan: (1) melaksanakan
promosi kesehatan kepada sasaran langsung; (2) pembinaan suasana agar para
tokoh masyarakat memberikan opini umum agar masyarakat melakukan
perilaku positif dan (3) advokasi kesehatan. Stimuli yang diterima
melalui pendidikan kesehatan dan adanyakebijakan pemerintah yang
mendukung terjadinya perubahan perilaku ini merupakan proses untuk
meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan menimbulkan respon batin dalam
bentuk sikap. Sikap akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu
berupa tindakan terhadap stimulus tadi (Notoatmodjo, 2010).
Perubahan sikap akan tergantung pada sejauh mana komunikasi itu
diperhatikan, dipahami dan diterima. Pengaruh orang lain yang
dianggap penting merupakan salah satu komponen yang dapat
mempengaruhi sikap. Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi
atau lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri individu
yang bersangkutan (Azwar, 2004)
Masa
kehamilan merupakan masa dimana ibu siap memutuskan memberikan ASI
eksklusif kepada anak atau tidak. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi ibu
dalam memutuskan dan melakukan pola pemberian ASI, terutama kekurangsiapan
fisik maupun psikis ibu, kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai
manfaat ASI, manajemen laktasi dan hal-hal berkaitan dengan pemberian ASI
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian
Nana Yulianah, Burhanuddin Bahar dan Abdul Salam (2013), diketahui bahwa ibu
yang memberikan ASI eksklusif menjawab pertanyaan yang benar terkait
pengetahuan tentang ASI sebanyak 40,7% dan Hal tersebut menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI
eksklusif.
Berdasarkan
Prasurvey yang dilakukan di Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus
pada bulan November 2014, dari 20 ibu balita dengan seluruhnya berpendidikan
dasar diketahui bahwa sebanyak 14 reponden (70%) memberikan makanan
selain ASI < 6 bulan dan ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif menjawab pertanyaan dengan benar terkait pengetahuan tentang
ASI sebanyak 30%. Dari pengamatan sementara tersebutdapat disimpulkan bahwa
kurangnya pengetahuan ibu terhadap ASI eksklusifdapat mempengaruhi ibu
dalam pemberian ASI eksklusif, dan hal tersebutmemungkinkan ibu lebih
mudah terpengaruh terhadap iklan susu formulayang marak di promosikan ke
masyarakat.
Berdasarkan
masalah tersebut, penulis ingin mengetahui lebih lanjutmengenai hubungan
pengetahuan ibu tentang ASI terhadap pemberian ASIekslusif di Puskesmas
Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus tahun 2015.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jeniskuantitatif. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian inimenggunakan metode
survey analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian
melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomenaatau antara faktor
resiko dengan faktor efek (Notoatmodjo,2010).
Rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian inimenggunakan
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan
efek,dengan cara pendekatan, Observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat atau point time approach (Notoatmodjo, 2010).
1.Populasi
Populasi adalah
keseluruhan objek penelitin yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia
6 – 12 bulan di wilayah kerja PuskesmasKelumbayan Barat sejumlah 76 orang.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian
yang diambil dari keseluruhan objek yangakan diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo 2010). Dalam penelitian
ini tekhnikpengambilan sampel menggunakan Seluruh populasi ( Totality
Sample) sebanyak 76 orang ibu yang memiliki bayi usia 6 – 12 bulan.
Definisi Operasional
adalah batasan pada variabel atau sub variabel yang diamati atau
diteliti. Mengarahkan pada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel
atau sub variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur)
(Notoatmodjo , 2010)
Dalam suatu
penelitian pengolahan data merupakan salah satu langkahyang penting. Hal
ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih
mentah, belum memberikan informasi apa-apa, dan belum siap untuk disajikan.
Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan
kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data (Notoatmojo, 2010)
Pengolahan data dengan
menggunakan komputer melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Editing
Pada tahapan ini, data
yang telah terkumpul melalui daftar pertanyaan (kuisioner) dibaca kembali
untuk melihat apakah ada hal-hal yang masih-masih meragukan dari jawaban
responden. Jadi editing bertujuan untuk memperbaiki kualitas data
dan menghilangkan keraguan data.
2. Coding
Adalah mengklasifikasikan
jawaban-jawaban dari para responden kedalam bentuk angka/bilangan. Biasanya
klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda / kode berbentuk angka pada
masing-masing jawaban. Kegunaan dari coding adalah untuk menrpermudah pada
saat analisis data dan jugamempercepat pada saat entry data Pada tahap ini
koding yang dilakukan terhadap pertanyaan terdiri dari :
a. Variabel Pengetahuan
terdiri dari jika responden menjawab benar diberi nilai 1 dan jika responden
menjawab salah diberi nilai 0.
b. Variabel Pemberian ASI
Eksklusif terdiri dari jika responden menjawabMemberian ASI Eksklusif diberi
nilai 1 dan jika responden menjawab Tidak Memberian ASI Eksklusif diberi
nilai 0 Pemberian kode pada data dilakukan dengan melihat jawaban
dari jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.
3. Processing
Processing adalah
memasukkan data yang dalam bentuk kode dimasukkankedalam program atau
software komputer dengan menggunakan metode komputerisasi.
4. Cleanning
Setelah semua data dari
setiap responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan- kesalahan kode, ketidak
lengkapan, dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisa.
Analisa datayang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat.
1. Analisa univariat
Analisa univariat
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karateristik setiap
variabel penelitian. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2010).
Analisa univariat pada
penelitian ini adalah menghitung distribusi frekuensi dan prosentase
dari Pengetahuan ibu dan Pemberian ASI Eksklusif. Analisa
univariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosentase dengan
menggunakan program komputer
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat untuk
menguji hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent
(Arikunto,2006). Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian adalah chi
square. Taraf kesalahan yang digunakan adalah 5%, untuk melihat
hasil kemaknaan perhitungan statistic digunakan batas kemaknaan 0,05. Berarti
jika p value ≤ 0,05 maka hasilnya bermakna yang artinya Ho
ditolak dan Ha diterima. Jika p value ≥ 0,05 maka hasilnya
tidak bermakna yang artinya Ho gagal ditolak dan Ha ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.Analisa
Univariat
1.Karakteristik
pendidikan Responden
Pendidikan Ibu Menyusui
|
Jumlah
|
%
|
Tidak Sekolah
|
0
|
0
|
SD
|
26
|
33,3
|
SMP
|
32
|
41,0
|
SMA
|
17
|
21,8
|
Perguruan Tinggi
|
3
|
3,8
|
Jumlah
|
76
|
100
|
Dari
tabel 4.1 yaitu Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Menyusui Di
Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2015 dapat
diketahui bahwa Pendidikan Ibu Menyusui terbanyak adalah Pendidikan SMP
yaitu sebanyak 41.0% (32 orang responden).
2. Karakteristik
pekerjaan Responden
Pendidikan Ibu Menyusui
|
Jumlah
|
%
|
Bekerja
|
28
|
36.8
|
Tidak Bekerja
|
48
|
63.2
|
Jumlah
|
76
|
100
|
Dari tabel 4.1 yaitu
distribusi frekuensi pekerjaan ibu menyusui Di Puskesmas Kelumbayan
Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2015 dapat diketahui bahwa pekerjaan
ibu menyusui terbanyak adalah katagori tidak bekerja yaitu sebanyak 63.2%
(48 orang responden).
3. Pengetahuan ibu Menyusui
Pengetahuan Ibu Menyusui
|
Jumlah
|
Prosentase
|
Kurang
|
34
|
44.7
|
Cukup
|
13
|
17.1
|
Baik
|
29
|
38.2
|
Jumlah
|
76
|
100
|
Dari tabel 4.1 yaitu
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI Di Puskesmas
Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2015 dapat diketahui bahwa
Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI terbanyak adalah katagori kurang
yaitu sebanyak 44,7% (34orang responden).
4. Pemberian ASI
Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif
|
Jumlah
|
%
|
ASI Eksklusif
|
33
|
43.4
|
Tidak ASI Eksklusif
|
43
|
56.6
|
Jumlah
|
76
|
100
|
Dari tabel 4.2 yaitu
Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Kelumbayan
Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2015 dapat diketahui bahwa Pemberian
ASI Eksklusif terbanyak adalah katagori Tidak Memberi ASI Eksklusif yaitu Sebesar
56.6% (43 Orang).
ANALISA BIVARIAT
1. Hubungan Pengetahuan Ibu
Menyusui tentang ASI Dengan Pemberian ASIEksklusif di Puskesmas Kelumbayan
Barat Kabupaten Tanggamus Tahun2015
Pengetahuan Ibu Menyusui
|
p Value
|
||||||
ASI Eksklusif
|
Tidak ASI Eksklusif
|
Jumlah
|
%
|
||||
N
|
%
|
N
|
%
|
||||
Kurang
|
8
|
23,53
|
26
|
76,47
|
34
|
100
|
0,000
|
Baik
|
3
|
23,08
|
10
|
76,92
|
13
|
100
|
|
Cukup
|
22
|
75,86
|
7
|
24,14
|
29
|
100
|
|
Jumlah
|
33
|
43,42
|
43
|
56,58
|
76
|
100
|
Dari Tabel 4.3 dapat
diketahui bahwa hasil analisis Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI
Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten
Tanggamus Tahun 2015 diperoleh bahwa ada sebanyak 34 orang ( 100 %)
dengan pengetahuan kurang yang memberikan ASI Eksklusif hanya 8 orang
(23.53%) responden, sedangkan dari Responden dengan pengetahuan baik
sebanyak 29 orang yang tidakmemberikan ASI Eksklusif sebanyak 7Orang
Respondenatau 24.14%. Hasil uji statistik chi square didapat nilai 휌
value = 0,000 maka dapat disimpulkan ada Pengetahuan Ibu
Menyusui tentang ASI Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2015.
PEMBAHASAN
1.
Pengetahuan Ibu Menyusui
Pengetahuan Ibu Menyusui
Tentang ASI Di Puskesmas Kelumbayan Barat
Kabupaten Tanggamus Tahun
2015 dapat diketahui bahwa Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI
terbanyak adalah katagori kurang yaitu sebanyak 44,7% (34 orang
responden) dan Ibu Menyusui yang memiliki pengetahuan dalam katagori baik
yaitu sebanyak 38.2% (29 orang responden) Menurut Notoatmodjo, pengetahuan
adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap sebuah objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
raba. Pengetahuan atau kognitif adalah merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Dari hasil penelitian, diketahui pengetahuan ibu tentang ASI
berkaitan dengan tingkat pendidikan. Ibu yang mendapatkan informasi
tentang menyusui dari seseorang, dokter, tetangga, televisi, majalah dan
buku lebih banyak yang melanjutkan menyusui daripada ibu yang
tidakmendapatkan informasi. Dari penelitian ini ditemukan bahwa Tingkat
pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kategori. Responden yang tidak
sekolah atau tidak lulus SD dan lulusan SD memiliki pengetahuan dalam
katagori rendah, sedangkan ibu dengan pengetahuan baik memiliki ijazah
pendidikan menengah.
Penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nana Yulianah, Burhanuddin
Bahar dan Abdul Salam (2013) yang berjudul Hubungan Antara
Pengetahuan, Sikap Dan Kepercayaan ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone Tahun 2013. Hasil
penelitian menunjukkan bahwapemberian ASI Eksklusif masih tergolong sangat
rendah (12,5%), tingkat pengetahuan ibu sebagian besar kategori kurang
(64,4%), tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI
Eksklusif (p= 1,132).
2.Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif
Di Puskesmas Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2015 dapat
diketahui bahwa Pemberian ASI Eksklusif terbanyak adalah katagori Tidak
Memberi ASI Eksklusif yaitu Sebesar 56.6% (43 Orang) dan yang Memberi ASI
Eksklusif yaitu Sebesar 43.4% (33 Orang). Pemberian ASI eksklusif adalah
pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai sekitar usia 6 bulan.
Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain, seperti susu
formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif,
bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit,
bubur nasi, tim, dan sebagainya. ASI eksklusif diharapkan dapat diberikan
sampai 6 bulan dan pemberian ASI secara benar akan mencukupi kebutuhan bayi
sampai usia 6 bulan tanpa makanan pendamping. Diatas usia 6
bulan, bayi memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat
dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun (Maryunani, 2012)
Hal ini didukung dengan
teori Green bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap,kepercayaan, tradisi, dan sebagainya
dari orang atau masyarakat yangbersangkutan. Disamping itu ketersediaan
fasilitas kesehatan, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap
kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Dalam
penelitian ini didapatkan temuan lain yaitu adanya faktor- faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASInya secara
eksklusif selain faktor pengetahuan dan sikap. Beberapa responden
menyatakan bahwa sikapnya dalam menyusui atau pemberian makanan tambahan
sebelum bayi berusia enam bulan karena anjuran dari keluarga terutama nenek
dan keluarga terdekat yang ikut merawat bayi. Sebagian penolong
persalinan juga memberikan susu formula segerasetelah bayi lahir dengan
alasan ASI belum banyak berproduksi. Penelitimelakukan uji bivariat untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dan dukungan penolong persalinan
dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.
3.HubunganPengetahuanIbuMenyusui
tentang ASI Dengan
PemberianASI Eksklusifdi
PuskesmasKelumbayanBarat
Kabupaten Tanggamus Tahun
2015
Hasil analisis
Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Kelumbayan Barat KabupatenTanggamus Tahun 2015 diperoleh bahwa ada
sebanyak 34 orang ( 100 %) dengan pengetahuan kurang yang memberikan ASI Eksklusif
hanya 8 orang (23.53%) responden, sedangkan dari Responden
dengan pengetahuan baik sebanyak 29 orang yang tidakmemberikan ASI
Eksklusif sebanyak 7Orang Respondenatau 24.14%. Hasil uji statistik chi
square didapat nilai 휌 value = 0,000 maka dapat disimpulkan ada Pengetahuan Ibu
Menyusui tentang ASI Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kelumbayan
Barat Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini tidaks ejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nana Yulianah, Burhanuddin Bahar dan Abdul Salam
(2013) yang berjudul Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan
Kepercayaan ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone Tahun 2013, Penelitian ini Jenis
penelitian iniadalah Mix Methode, jumlah sampel 104 ibu menyusui dengan
tekhnik total sampling. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
wawancaradan data sekunder melalui studi kepustakaan. Hasil
penelitianmenunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif masih tergolong
sangatrendah (12,5%), tingkat pengetahuan ibu sebagian besar kategori
kurang(64,4%), tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan
denganpemberian ASI Eksklusif (p = 1,132), sikap ibu terhadap ASI
Eksklusifsebagian besar masih negatif (71,2%), tidak ada hubungan sikap
dengan pemberian ASI Eksklusif (p = 0,154), ada hubungan antara pengetahuan
dan sikap ibu (p= 0,000), dan ibu - ibu umumnya memiliki kepercayaan yang keliru
tentang ASI Eksklusif. Tidak ada hubungan antara pengetahuan,
sikap, dan kepercayaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.Hasil
penelitian ini, pengetahuan ibu mempunyai hubungan terhadap pemberian
ASI eksklusif. Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan perilaku
seseorang untuk menyadari dan tidakmaupununtuk mengatur perilakunya
sendiri. Pengetahuan merupakan salah satufaktor predisposisi
terjadinya sebuah perilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
antara lain; (1) sosial ekonomi, (2) kultur, (3) pendidikan dan (4) pengalaman.
Menurut teori ini lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan
seseorang sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik
tingkat pendidikan baik juga. Pengetahuan merupakan aspek yang sangat erat
kaitannya dengan keinginan dan kemampuan ibu memberikan asi ekslusif kepada
anaknya. Semakin ibu dan keluarga mengerti manfaat asi ekslusif maka
diharapkan keinginan dan kemampuan ibu memberikan asi ekslusif akan
semakin tinggi. Hal ini di dukung oleh seluruh pihak, dapat dilihat dari
terbitnya perda, pergup, perbup serta di bantu dengan sosialisasi
dalam segala aspek lewat media elektronik maupun media cetak. Sehingga
informasi ASI Ekslusif ini dapat diakses dimanapun, baik secara langsung
melalui tenaga kesehatan aau lewat media seperti televisi dan inernet. Hal
ersebut dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan bayi dan
anak sehingga mampu menurunkan angka kematian anak.Pemberian ASI eksklusif
kemungkinan karena adanya faktor lain yang berpengaruh lebih kuat seperti
faktor kekerabatan sosial atau gotong royong di dalam budaya masyarakat
Jawa yang mana pengaruh orang lain/keluarga terutama nenek yang
merawat bayi sangat kuat. Ibu-ibu yang tidak mampu di desa dan bekerja
sebagai buruh tani, 1 – 2 minggu setelah melahirkan mereka
membantu suaminya mencari nafkah sehingga bayi dititipkan ke keluarga
terdekat. Oleh keluarga, bayi biasanya diberi makan pisang/nasi pisang
yang dihaluskan karena relatif murah dan mudah didapat sehingga
pemberian ASI eksklusif tak tercapai. Ibu yangbekerja di pabrik juga
kesulitan menjalani perilaku pemberian ASIeksklusif karena masa cuti
sudah usai selain itu karena kurangnyainformasi mengenai cara
menyimpan ASI yang baik dan benar bila ibubekerja. Gencarnya promosi
susu formula mempengaruhi pengetahuanibu tentang keunggulan ASI dibandingkan
dengan susu formula.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan
Ibu Menyusui tentang ASI Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus Tahun 2015, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
A. Sebanyak 44,7% (34
orang) Responden memiliki pengetahuan dalam katagori Kurang.
B. Sebanyak 56.6% (43
Orang) Responden Tidak memberikan ASI Eksklusif..
C. Ada hubungan Pengetahuan
Ibu Menyusui tentang ASI Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
Kelumbayan Barat Kabupaten Tanggamus dengan p value = 0,000.
II.Saran
Berdasarkan hasil dan
analisis data dalam penelitian ini maka saran yang
dapat diberikan adalah :
A.Teori
Dengan penelitian ini kita
dapat meningkatkan pengetahuan Ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI
Eksklusif.
B.Praktis
1. Bagi tempat penelitian
Agar lebih meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang manfaat ASI Ekslusif bagi Bayi dengan cara
memberikan penyuluhan- penyuluhansecara rutin kepada masyarakat dan
tidak memberikan susu formulakepada ibu post partum serta kerjasama dengan
kader di Posyandu dan membentuk Kelompok Bina Balita.
2. Bagi institusi
pendidikan
Agar dapat menyediakan
lebih buku-buku bacaan atau literatur yang lebih lengkap tentang
Kebutuhanbayi termasuk ASI Eksklusif.
3. Bagi peneliti
selanjutnya
Diharapkan ada penelitian
lanjutan tentang factor – factor yang ada
dalam pemberian ASI
Eksklusif.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi,
2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Tineka Cipta,
Jakarta
Azwar, 2003, Sistem
Kesehatan, Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta,
Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kementerian Kesehatan RI, 2013, Hasil
Riset Kesehatan Dasar 2013.
Dinas Kesehatan Kabupaten
Tanggamus, 2013, Profil Kesehatan kabupaten
Tanggamus Tahun 2013.
Dinas Kesehatan Provinsi
lampung, 2013, Evaluasi Kinerja Program Kesehatan
Keluarga Tahun 2013.
Departemen Kesehatan RI,
2002, Gizi Dalam Angka sampai Tahun 2002.
Departemen Kesehatan RI,
2003, Profil Kesehatan Tahun 2002.
Departemen Kesehatan RI,
2007, SurveyDemografi dan Kependudukan Indonesia 2007
Hastono, Sutanto Priyo,
2001, AnalisisData, Fakulta Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Jakarta.
JNPK-KR, 2007, Pelayanan
ObstetriNeonatalEmergensi Dasar, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Judarwanto, 2006, Penghambat
ASI Eksklusif itu masih Banyak Perspektif Dalam Pekan ASI Sedunia 1 –7 Agustus
2006.
Kementrian Negara
Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2010,
Manuaba, Ida Bagus Gde, dr,
Prof, 2002, ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungandan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Nana Yulianah, Burhanuddin
Bahar dan Abdul Salam (2013), Hubungan AntaraPengetahuan, Sikap Dan
Kepercayaan ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah KerjaPuskesmas Bonto
Cani Kabupaten BoneTahun 2013
Notoatmodjo, Soekidjo,
2005 Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,
Soekidjo. 2010. Teori Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Santo et al, ( 2007 ), Hubungan Antara Sikap Ibu Dan
Keluarganya Dengan PolaMenyusui Di Bolivia.
Siregar, Arifin, 2004, Pemberian ASIEksklusif dan Faktor
–faktorYangMempengaruhinya, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
0 komentar:
Posting Komentar