HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH LAMPUNG
TAHUN 2013
Haryanto
Abstrak
Beberapa hal yang bisa
memicu kekambuhan penderita gangguan jiwa, antara lain penderita tidak teratur
minum obat, tidak kontrol ke dokter secara teratur, kurangnya dukungan
keluarga dan masyarakat
sehingga
penderita kambuh
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan dan sikap keluarga dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia
di Rumah Sakit Jiwa provinsi Lampung dengan metode pendekatan cross sectional. Hasil
penelitian diperoleh p-value =0,002 yang
artinya ada
hubungan yang signifikan antara sikap keluarga dengan kekambuhan pasien
Skizoprenia
dan diperoleh p-value= 0,013 yang
artinya ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga dengan kekambuhan pasien Skizofrenia’
Kata Kunci:
Pengetahuan, sikap keluarga, kekambuhan
Abstract
Some factors
triggering psychiatric patient’s disorder reoccurrence are that irregularities
of patient’s medicine taking, visiting psychiatrist, and less family support
and public, so that the patient needs to be treated again in psychiatric
hospital. The objective of this research was to find out the correlations of
family knowledge level and attitude to patient’s schizophrenia reoccurrence in
psychiatric hospital in Lampung in 2013. This was a quantitative and
descriptive research with cross sectional approach. The results showed that
there were significant correlations of family support (p-value = 0.002)
and family knowledge (p-value = 0.013) with patient’s schizophrenia
reoccurrence.
Keywords :
Knowledge, family attitude, reoccurrence
PENDAHULUAN
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mengungkap, penderita gangguan mental
emosional pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun mencapai 11,6 persen (± 19
juta), sementara yang mengalami gangguan jiwa berat 0,46 persen (sekitar 1 juta
jiwa). Siswono (2003) mengemukakan bahwa, sekitar 1% sampai 2% dari seluruh
penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu dalam
hidupnya. Diperkirakan sekitar 2,5 juta jiwa atau 1% lebih dari keseluruhan
jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa yang sampai sekarang belum
diketahui secara pasti penyebabnya.
Keluarga merupakan jalinan relasi dan ruang hidup anggota-anggotanya. Penderita
skizofrenia tampaknya mengalami gangguan dalam pembentukan kepribadian
mereka yang disebabkan oleh gangguan pada dinamika keluarga. (Arif,2006).
Berdasarkan keterangan dari petugas di Rumah Sakit Jiwa provinsi Lampung, dan
dilakukan prasurvei pada tanggal 4
-5 April 2013 sebanyak 20 responden didapatkan gambaran umum tentang
pengetahuan dan sikap keluarga klien Skizofrenia rata-rata masih kurang
yaitu dengan hasil pengetahuan kurang sebanyak 13 orang (56,0%) dan yang baik
sebanyak 7 orang (44 %), variabel sikap didapatkan sikap negatif 15 orang (75%)
dan sikap positif 5 orang (25%) hal ini ditandai dengan klien yang sudah sembuh
dan di pulangkan ke lingkungan keluarga umumnya beberapa hari, minggu atau
bulan di rumah kembali dirawat dengan alasan perilaku klien tidak diterima oleh
keluarga klien selalu diawasi, dilarang keluar, selalu dicurigai klien
cenderung terisolisir dari pergaulannya dan cenderung menutup diri. Berdasarkan
fenomena tesebut diatas maka penulis ingin mengetahui apakah ada
Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan
kekambuhan pada pasien Skizofrenia.
Tujuan Umum untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia
di Rumah Sakit Jiwa provinsi Lampung. Tujuan khusus 1) untuk mengetahui
tingkat pengetahuan keluarga tentang kekambuhan 2) untuk mengetahui sikap
keluarga mengenai kekambuhan pasien skizofrenia 3) untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia
4) untuk mengetahui hubungan antara sikap keluarga dengan kekambuhan pada
pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa provinsi Lampung Tahun 2013.
Dukungan keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial yang berfungsi sebagai
sistem pendukung anggota-anggotanya dan ditunjukan untuk meningkatkan kesehatan
dan proses adaptasi. Gottlieb (2004). Menurut Bloom dalam Notoatmodjo
(2007:139) pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007:139).
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik kronis yang di tandai oleh
episode akut yang mencakup kondisi terputus dengan realitas yang ditampilkan
dalam ciri-ciri seperti waham, halusinasi, pikiran tidak logis, pembicaraan
yang tidak koheren dan prilaku yang aneh. Deficit residual dalam area
kognitif, emosional, dan sosial dari fungsi-fungsi yang ada sebelum episode
akut. (Nevid,2003;137).
METODE
PENELITIAN
Rancangan penelitian ini menggunakan analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien skizoprenia
di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lampung tahun 2012 dengan jumlah 670 orang. Sampel
pada penelitian ini 87 orang dengan teknik pengambilan secara purposive
sampling sampling yaitu teknik penentuan sampel yang didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti bedasarkan ciri atau
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2005).
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, data primer yaitu
data yang didapatkan dari responden yang Sehat jasmani dan rohani. Dapat
menulis dan membaca, Keluarga yang anggota keluarganya pernah menderita skizofrenia,
berupa pengetahuan dan sikap keluarga terhadap terhadap kekambuhan pasien
skizofrenia melalui kuisioner dan observasi sedangkan data sekunder adalah
laporan RSJD propinsi Lampung Tahun 2012.
Analisa univariat bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi responden menurut
umur, pendididkan, pekerjaan, pengetahuan. Analisa ini digunakan untuk
menganalisa perbedaan dua variabel yaitu variabel dependen dan independen yang
keduanya merupakan variabel kategorik. Uji yang digunakan dalam analisa ini
adalah uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% (Hastono,
2001)
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat
1.
Deskritif Kekambuhan penderita Skizoprenia
dapat terlihat pada tabel 1
Gambaran bahwa pasien Skizoprenia
Di Rumah Sakit Jiwa Daerah LampungTahun 2013 sebagian besar mengalami kambuh
sebanyak 51 orang (58,6%) dan yang tidak kambuh sebanyak 36 orang (41,4%).
2.
Deskritif pengetahuan keluarga tentang
skizofrenia dapat terlihat pada tabel 2
Gambaran bahwa pengetahuan dari 87
keluarga pasien Skizoprenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah LampungTahun 2013
sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 44 orang (50,6%) dan yang
berpengetahuan baik sebanyak 43 orang (49,4%).
3.
Deskritif sikap keluarga terhadap pasien
skizofrenia dapat terlihat pada tabel 3
Gambaran bahwa keluarga pasien
Skizoprenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah LampungTahun 2013 sebagian besar
mengalami bersikap negatif (tidak mendukung) terhadap pasien sebanyak 52 orang
(59,8%) dan yang menerima sebanyak 35 orang (41,2%).
Tabel 1
Deskripsi kekambuhan
|
Tabel 2
Deskripsi pengetahuan
|
Tabel 3
Deskripsi Sikap Keluarga
|
Analisa
Bivariat
1. Hubungan
pengetahuan dengan kekambuhan dapat terlihat pada tabel 4
Tabel 4
Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga
Dengan Kekambuhan Pada Pasien SkizopreniaDi Rumah Sakit Jiwa Daerah Lampung
Tahun
2013
|
Tabel
4 mengambarkan, dari 44 responden yang berpengetahuan kurang terdapat 32 orang
(72,7%) mengalami kambuh dan 12 orang (27,3%) tidak kambuh sedangkan dari 43
responden yang berpengetahuan baik terdapat 19 orang (44,2%) mengalami kambuh
dan 24 orang (55,8%) tidak kambuh.
Hasil uji statistik didapatkan nilai P-Value 0,013 yang berarti <
dari nilai α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan keluarga dengan kekambuhan pasien Skizofrenia.
2.
Hubungan Antara Sikap Keluarga Dengan
Kekambuhan Pada Pasien Skizoprenia
Tabel 5
Hubungan Antara Sikap Keluarga Dengan
Kekambuhan Pada Pasien SkizopreniaDi Rumah Sakit Jiwa Daerah Lampung Tahun 2013
|
Dari tabel 5 mengambarkan, dari 52
responden yang bersikap negatif terhadap pasien skizoprenia terdapat 38 orang
(73,1%) mengalami kambuh dan 14 orang (27,9%) tidak kambuh sedangkan dari 35
responden yang bersikap positif terhadap pasien skizoprenia terdapat 13 orang
(37,1%) mengalami kambuh dan 36 orang (41,4%) tidak kambuh.
Hasil uji statistik didapatkan
nilai P-Value 0,002 yang berarti < dari nilai α=0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap keluarga
dengan kekambuhan pasien Skizoprenia.
Pembahasan
1.
Hubungan Pengetahuan Dengan Kekambuhan
Hasil
penelitian ini didapatkan nilai P-Value 0,013 yang berarti < dari
nilai α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan keluarga dengan kekambuhan pasien Skizoprenia. Hal ini
sesuai dengan Notoadmojo (2007) bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Menurut Sulingger dalam Keliat, B.A. (2006) bahwa
pengetahuan keluarga merupakan salah satu dari 4 faktor penyebab kekambuhan
penderita Skizofrenia.
2.
Hubungan Sikap Keluarga dengan
kekambuhan
Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan nilai P-Value 0,002
yang berarti < dari nilai α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara sikap keluarga dengan kekambuhan pasien
Skizoprenia. Hal ini sesuai dengan teori Jones & Hayward (2004) bahwa
salah satu faktor terjadinya relaps (Kambuh) pada penderita gangguan jiwa
karena kurangnya dukungan sosial dari lingkungannya. Ketidaktahuan keluarga dan
masyarakat terhadap gangguan jiwa disebabkan karena masih terdapatnya pandangan
yang negatif (stigma) dan bahwa penyakit gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan
dan merupakan aib keluarga oleh karena itu penderita gangguan jiwa banyak
disembuyikan bahkan dikucilkan.
Dari
fenomena diatas maka penderita Skizoprenia memerlukan dukungan keluarga yang
sangat luas dan program pengobatan yang komprehensif dan berkesinambungan
artinya dalam memberikan pengobatan dilakukan dengan medis untuk menghilangkan
gejala. Terapi (psikologis) untuk membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan
keluarga, lingkungan sosial dan layanan sosial untuk membantu mereka dapat
kembali hidup dimasyarakat dan menjamin mereka dapat memperoleh akses untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Sebagian besar responden berpengetahuan
kurang sebanyak 44 orang (50,6%)
2.
Sebagian besar responden mempunyai sikap
negatif (tidak mendukung) terhadap pasien sebanyak 52 orang (59,8%)
3.
Ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan keluarga dengan kekambuhan pasien Skizofrenia dengan p-value=
0,013.
4.
Ada hubungan yang signifikan antara
sikap keluarga dengan kekambuhan pasien Skizofrenia dengan p-value
=0,002
Saran
1.
Bagi masyarakat Perlu diupayakan
pemahaman keluarga tentang penderita gangguan jiwa, memeberikan motivasi
keluarga untuk mendukung penderita dalam treatmen
2.
Bagi peneliti
Memberikan
pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah dalam rangka
menegmbangkan diri dalam melaksanakan fungsi perawat sebagai peneliti.
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan rangcangan case control.
3.
Bagi RSJD Provinsi lampung
Perlunya
peningkatan pelayan dalam bidang pendidikan kesehatan yang melibatkan keluarga
penderita, penyebaran leaflet, home sharing, home visite, dinamika kelompok,
kelompok terapi sehingga dapat mengoptimalkan peran serta keluarga dalam
perawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,
A. 2004. Psikologi Belajar . Jakarta. Rineka Cipta
Arif
Iman Setiadi. 2006. Masalah Psikiatri. Refika Aditama. Bandung.
Agus,
D. 2001. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pasien Skizofrenia di RSJP Jakarta
dan Sanatorium Dharmawangsa dalam Pemilihan Jalur Pelayanan Kesehatan Pertama
Kali dan Keterlambatan Kontak ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Jiwa.
Dipublikasikan dalam http. www.google.php.htm.
Arikunto,
1998, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta
Depkes
RI, 2003. Pedoman dan Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa Indonesia. Depkes. Jakarta.
Gottileb,
B. H, 2004, Sosial Support Psikologi, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hastono, 2007, Analisa
Data, FKMUI, Jakarta
Irmayanti,
M, dkk. 2007. Pengetahuan. Dipublikasikan dalam http://id.wikipedia.org/wiki/penget.
download 16-01-2012.
Keliat,
BA. 2006. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa. EGC.
Jakarta.
Marilyn
M. 1998. Keperawatan Keluarga. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Notoatmodjo.
2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo.
2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (prinsip-prinsip dasar). Rineka Cipta.
Jakarta.
Ningrum, Diah, Putri, Skripsi 2007, Pengaruh Penerimaan
Orang Tua Terhadap Penyesuaian Diri Anak Tunarungu Di Sekolah Tahun Ajaran
2006 - 2007(Penelitian Pada SLB "B" Widya Bhakti Semarang Dan
Slb "B" YRTRW Surakarta).
Semium, Yustinus, 2010, Kesehatan Mental 3, Yogyakarta, PT.
Kanisius
Setiadi, Arif Imam. 2006. Skizofrenia Memahami Dinamika
Keluarga Pasien. Bandung: PT. Refika Aditama.
Smet B, 2004, Psikologi Kesehatan, PT Grasindo, Jakarta
Susana, Sarka Ade, DKK, 2007, Terapi Modalitas, Dalam Keperawatan
Kesehatan Jiwa, Yogyakarta, PT. Mitra Cendekia.
Videback, 2008, faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
jiwa, Undip Semarang.
Wiramihardja, sutardjo, 2007, Pengantar Psikologi Abnormal,
Bandung, PT.Refika Aditama.
Wulansih, 2008, Hubungan antara
Tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan kekambuhan pada pasien
skizofrenia di RSJD Surakata, Skripsi, STIKES Muhamadiyah Surakata
Yusianik, 2005. Laporan penelitian individu praktek kerja
lapangan studi kasus penderita skizofrenia di RS. Wikarta Mandala Pujon-Malang.
Loparan
tidak di terbitkan. (http://www.blogger.com) kesehatan
jiwa diakses tangal 15 des 2012. http://eldido.blog.friendster.com.
diakses tanggal 19 Nopember 2012 (http://www.amazon.com).skizofrenia,diakses
tangal 1 agustus 2012
0 komentar:
Posting Komentar