STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi,
Agustus 2015
Ajeng Ayuning Pangestika
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PENGOBATAN
PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT
JIWA
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015
XVI + 76 Halaman
+ 6 Tabel + 2 Gambar + 13 Lampiran
Skizofrenia
adalah penyakit otak neurobiologis yang serius dan terus-menerus. Hasilnya
respon yang sangat dapat mengganggu kehidupan individu, keluarga, dan
masyarakat. Keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami Skizofrenia
perlu mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik dalam memberikan dukungan
pengobatan pasien Skizofrenia, namun kenyataanya ditemukan bahwa masih ada
keluarga yang memiliki pengetahuan kurang dan bersikap negatif dalam memberikan
dukungan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam
pengobatan pasien Skizofrenia.
Penelitian
ini dilakukan secara kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional.
Instrumen dibuat dalam bentuk kuesioner dan dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian
untuk mengukur pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa, sikap keluarga dalam
merawat klien gangguan jiwa, dukungan keluarga dalam pengobatan pasien
Skizofrenia. Pengumpulan data menggunakan angket. Sampel yang digunakan
sebanyak 100 sampel dengan menggunakan purposive sampling sebagai
tekhnik pengambilan data. Hasil penelitian menggambarkan bahwa 59% responden
memiliki pengetahuan kurang sampai dengan cukup dan 41% responden memiliki
pengetahuan baik. Sedangkan 39% responden memiliki sikap negatif dan 61%
responden memiliki sikap positif dalam memberikan dukungan dalam pengobatan.
Analisis statistik chi square dengan derajat kebebasan (α)= 0,05
diperoleh hasil ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan dukungan
keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia dengan nilai p value=0,006,
sedangkan dari variabel sikap juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap
keluarga dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia dengan
nilai p value=0,011.
Saran
dalam penelitian adalah keluarga perlu mencari informasi-informasi yang adekuat
tentang penyakit Skizofrenia, keluarga hendaknya selalu mendampingi anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa untuk berobat, memantaunya ketika minum
obat dan menjamin kontinuitas dalam minum obat.
Kata
kunci : Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga, Pengobatan Pasien Skizofrenia
Kepustakaan
: 19 (2007-2015)
THE CORRELATION BETWEEN UNDERSTANDING
AND AFFECTION ABOUT MENTAL DISORDER TOWARD FAMILY SUPPORT IN SCHIZOPHERNIA
PATIENT TREATMENT IN PSYCHIATRIC HOSPITAL OF
LAMPUNG PROVINCE IN THE YEAR OF 2015
AJENG AYUNING PANGESTIKA
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Aisyah Pringsewu Lampung
ABSTRACK
Schizophrenia is a serious and
continues neurobiological disease in the brain. This disease is very harmful
and decreases the living standard quality of individual, family and the society.
The family with schizophrenia patient must have good understanding and
affection in supporting the schizophrenia patient treatment, in fact there is
family with poor understanding and affection in giving this support. The
objective of this research is to know the correlation between family
understanding and affection toward family support in schizophrenia patient
treatment.
This research was done
quantitatively with a cross sectional research design. The instrument of the
research was made in questioner and divided into three parts to measure the
family understanding in mental disorder, family affection in giving treatment
toward the client with mental disorder, and family support in schizophrenia
patient treatment. In collecting the data the researcher used questionnaire
which involved 100 samples that were taken by using purposive sampling
technique. The result of the research was 59% respondents had poor to enough
understanding and 41% respondents had good understanding. In the other hand, 39%
respondents had negative affection and 61% respondents had positive affection
in supporting the treatment process. Statistical analysis used chi square with
free degree (α)= 0.05 it was found that there was a correlation between
family understanding and affection toward family support in schizophrenia patient
treatment with p value= 0.006, and affection variable shown that there was a
correlation between family affection toward family support in schizophrenia
patient treatment with p value= 0.011.
Suggestion in this research is
the family have to search for adequate informations about schizophrenia,
accompany the patient with schizophrenia to get medical treatment, supervise
the patient in taking medicine and insure the continuity of taking medicine.
Keyword :
Knowledge, Affection, Family Support, Schizophrenia Patient Treatment
PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa
sulit untuk didefinisikan dengan tepat. Orang-orang yang dapat melaksanakan
peran mereka dalam masyarakat dan yang perilakunya sesuai dan adaptif dipandang
sebagai sehat. Sebaliknya, mereka yang gagal untuk memenuhi peran dan
melaksanakan tanggung jawab atau yang perilakunya tidak pantas dipandang
sebagai sakit.
Menurut World Health
Organization (2001), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia
memang sudah menjadi masalah yang sangat serius, paling tidak ada satu dari
empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar
450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Hasil Riskesdas tahun 2013
menunjukkan,
terdapat 0,17 % penduduk Indonesia yang mengalami Gangguan Mental Berat
(Skizofrenia) atau secara absolute terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk
Indonesia. Bila dilihat menurut provinsi, prevalensi gangguan jiwa berat paling
tinggi ternyata terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hasil
Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, sekitar 3 dari setiap 1.000 orang
penduduk DIY mengalami gangguan jiwa berat. Sedangkan di Provinsi Lampung
terdapat 0,08 % penduduk mengalami Gangguan Mental Berat (Skizofrenia).
Gangguan jiwa atau skizofrenia
adalah penyakit otak neurobiologis yang serius dan terus-menerus. Hasilnya
respon yang sangat dapat mengganggu kehidupan individu, keluarga, dan
masyarakat (Stuart, 2013).
Penyebab skizofrenia masih belum
pasti. Kemungkinan besar tidak ada faktor tunggal. Penyakit ini mungkin hasil
dari kombinasi termasuk faktor biologis, psikologis, dan lingkungan (Townsend,
2014). Gejala skizofrenia meliputi gejala positif (perilaku yang normal
berlebihan) dan gejala negatif (berkurang perilaku normal) (Stuart, 2013).
Banyak sekali orang yang percaya
bahwa gangguan jiwa tidak mungkin bisa disembuhkan dan orang yang menderitanya
tidak mungkin bisa berfungsi secara normal di masyarakat. Persepsi yang muncul
kemudian dalam taraf yang lebih jauh akan menyebabkan orang tidak mau untuk
mengetahui permasalahan kesehatan jiwa baik dalam dirinya sendiri maupun orang
lain. Di Indonesia, pengetahuan seseorang tentang gangguan jiwa dipengaruhi erat
oleh kultur budaya. Seseorang dengan gangguan jiwa sering dianggap terkena
guna-guna, menderita suatu dosa ataupun terkena pengaruh setan atau makhluk
halus lainnya (Irma, 2010).
Penanganan pasien gangguan jiwa
membutuhkan perhatian yang sangat serius dan melibatkan semua pihak khususnya
keluarga.
Keluarga
merupakan orang terdekat dengan pasien. Dukungan keluarga sangat berpengaruh
terhadap kesembuhan pasien. Menurut Smet (1994), dalam Christine (2010),
dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang
yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan
hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya. Dalam ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya. Dukungan tersebut bisa berupa pengetahuan dan sikap
keluarga dalam menangani anggota keluarga yang sakit. Pengetahuan (knowledge)
adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) sedangkan
sikap (attitude) adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan
sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Friedman (2010), dalam
Suwardiman (2011), bentuk dukungan keluarga dapat berupa dukungan emosional,
dukungan informasi, dukungan instrumental, dan dukungan penilaian. Bentuk
dukungan emosional merupakan bentuk atau jenis dukungan yaang diberikan
keluarga berupa memberikan perhatian, kasih sayang dan empati. Dukungan
informasi, merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga
dalam bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan memberikan
informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan
status kesehatannya. Dukungan instrumental, merupakan suatu dukungan atau
bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana,
maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan klien
dalam menyampaikan perasaannya. Dukungan penilaian, meupakan suatu dukungan
dari keluarga dalam bentuk memberikan umpan balik dan penghargaan dengan
menunjukkan respon positif yaitu dorongan atau persetujuan terhadap gagasan,
ide, atau perasaan seseorang. Indikator dukungan keluarga yang baik adalah
dukungan keluarga yang mencakup 4 bentuk dukungan tersebut (Friedman, 2010
dalam Suwardiman, 2011).
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross
sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juni-4 Juli 2015 di
Poliklinik RS. Jiwa Provinsi Lampung. Populasi penelitian ini adalah keluarga
atau orang terdekat/penanggung jawab pasien yang merawat pasien Skizofrenia
yang sedang rawat jalan di Poliklinik RS. Jiwa Provinsi Lampung. Tekhnik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan
jumlah sampel 100 responden. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
bersedia dan kooperatif (menandatangani informed concent), tinggal satu
rumah dengan pasien, bisa baca tulis dan keluarga yang lamanya merawat klien
≤ 2 tahun.
Prosedur pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan wawancara kepada responden. Wawancara dilakukan
saat keluarga sedang menunggu antrian di ruang tunggu Poliklinik RS. Jiwa.
Peneliti dibantu dengan seorang asisten yang sebelumnya sudah di jelaskan
maksud pertanyaan dari angket tersebut. Kemudian data dikumpulkan untuk diolah.
Pengolahan data dalam penelitian
ini terdiri dari beberapa tahap yaitu : editing, coding, data entry atau
processing, cleaning. Analisa data terdiri dari : analisa univariat dan
analisa bivariat.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Tabel 1
Distribusi frekuensi pengetahuan
keluarga tentang gangguan jiwa
Pengetahuan
|
Jumlah
|
Persentase (%)
|
Kurang-cukup
|
59
|
59,0
|
Baik
|
41
|
41,0
|
Jumlah
|
100
|
100,0
|
Gambaran dari 100 responden menunjukkan bahwa
keluarga yang memiliki pengetahuan kurang-cukup tentang gangguan jiwa yaitu
sebanyak 59 orang (59,0%), sedangkan memiliki pengetahuan baik tentang gangguan
jiwa sebanyak 41 orang (41,0%).
Tabel 2
Distribusi frekuensi sikap keluarga
dalam pengobatan pasien Skizofrenia
Sikap
|
Jumlah
|
Persentase (%)
|
Negatif
|
39
|
39,0
|
Positif
|
61
|
61,0
|
Jumlah
|
100
|
100,0
|
Gambaran dari 100 responden menunjukkan bahwa
sebanyak 61 keluarga (61,0%) mempunyai sikap positif dalam pengobatan pasien
Skizofrenia dan sebanyak 39 keluarga (39,0%) mempunyai sikap negatif dalam
pengobatan pasien Skizofrenia.
Tabel 3
Distribusi frekuensi dukungan keluarga
dalam pengobatan pasien Skizofrenia
Dukungan
keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
|
Jumlah
|
Persentase (%)
|
Tidak mendukung
|
47
|
47,0
|
Mendukung
|
53
|
53,0
|
Jumlah
|
100
|
100,0
|
Gambaran 100 responden menunjukkan bahwa sebanyak 53
keluarga (53,0%) memberikan dukungan dalam pengobatan dan yang tidak mendukung
sebanyak 47 keluarga (47,0%).
Analisa
Bivariat
Tabel 4
Hubungan pengetahuan keluarga dengan
dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
Pengetahuan
|
Dukungan
keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
|
||||||
Tidak
|
Mendukung
|
Total
|
|||||
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
||
Kurang-cukup
|
35
|
59,3
|
24
|
40,7
|
59
|
100,0
|
|
Baik
|
12
|
29,3
|
29
|
70,7
|
41
|
100,0
|
|
Total
|
47
|
47,0
|
53
|
53,0
|
100
|
100,0
|
|
p value = 0,006 OR = 3,524
|
|||||||
Pada tabel 4 diketahui keluarga
yang memiliki pengetahuan kurang-cukup dan tidak memberikan dukungan dalam
pengobatan pasien Skizofrenia sebanyak 35 orang (59,3%).
Hasil uji statistik chi square
diperoleh nilai p value=0,006 yang berarti nilai p<0.05 (Ho ditolak),
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
keluarga tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung Tahun 2015 dengan nilai
OR=3,524 yang artinya keluarga yang memiliki pengetahuan kurang-cukup mempunyai
peluang 3,524 kali untuk tidak memberikan dukungan dalam pengobatan dari pada
keluarga yang memiliki pengetahuan baik.
Tabel 5
Hubungan sikap keluarga dengan dukungan
keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
Sikap
|
Dukungan
keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
|
|||||
Tidak
|
Mendukung
|
Total
|
||||
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
|
Negatif
|
25
|
64,1
|
14
|
35,9
|
39
|
100,0
|
Positif
|
22
|
36,1
|
39
|
63,9
|
61
|
100,0
|
Total
|
47
|
47,0
|
53
|
53,0
|
100
|
100,0
|
p value=0,011 OR=3,166
|
Pada tabel 5 diketahui keluarga
yang memiliki sikap positif dan memberikan dukungan dalam pengobatan pasien
Skizofrenia sebanyak 39 orang (63,9%).
Hasil uji statistik diperoleh
nilai p value=0,011 yang berarti p<0,05 (Ho ditolak), maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap keluarga terhadap gangguan jiwa
dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Lampung Tahun 2015 dengan nilai OR=3,166 yang berarti bahwa keluarga
dengan sikap positif mempunyai peluang 3,166 kali untuk memberikan dukungan
dalam pengobatan dari pada keluarga yang memiliki sikap negatif.
PEMBAHASAN
Dilihat dari pengetahuan keluarga
tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien
Skizofrenia lebih banyak responden memiliki pengetahuan kurang-cukup yaitu 59
orang (59,0%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Purnamasari (2013) dengan judul “Hubungan pengetahuan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa
Prof.V.L.Ratumbuysang Manado” yang memperlihatkan bahwa dari 50 responden, 24
responden (84%) memiliki pengetahuan kurang yang lebih dominan, sisanya memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (38%).
Teori yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil pengindraan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan
(mata).
Hasil uji statistic chi square
diperoleh p value=0,006 yang berarti (p<0,005). Maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan keluarga
tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung Tahun 2015. Penelitian yang
dilakukan oleh Butar (2012) dengan judul “Hubungan pengetahuan keluarga dengan
tingkat kepatuhan pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara Medan”. Analisis statistik korelasi Spearman dengan
derajat kebebasan (α)=0,05 diperoleh nilai p=0,033 yang artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat
pasien Skizofrenia.
Teori yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa perilaku individu (dalam memberikan
dukungan pengobatan) dipengaruhi oleh faktor eksternal (faktor dari luar diri
seseorang) dan faktor internal (faktor dari dalam diri seseorang). Faktor
eksternal seperti nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan dan
tradisi sedangkan faktor internal seperti perhatian, pengamatan, persepsi,
motivasi, fantasi dan sugesti.
Hasil dari pengetahuan yang
kurang-cukup tentang gangguan jiwa disebabkan karena keluarga masih banyak yang
tidak mengetahui penyebab serta tanda dan gejala gangguan jiwa. Pada saat
wawancara masih banyak keluarga yang menjawab salah di kedua poin pertanyaan
tersebut sedangkan perilaku seseorang (perilaku dalam memberikan dukungan
pengobatan pasien Skizofrenia) tidak bisa dilihat dari banyak atau sedikitnya
informasi yang didapat tetapi tergantung dari individu yang bersangkutan dalam
mengolah informasi tersebut. Banyak faktor lain yang mempengaruhinya antara
lain: nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan, tradisi, persepsi, motivasi,
sugesti dan sebagainya.
Dilihat dari sikap keluarga
dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia pada penelitian
ini menunjukkan bahwa keluarga yang bersikap positif sebanyak 61 orang (61,0%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulansih
(2008) dengan judul “Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap keluarga
dengan kekambuhan pada pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta” memperlihatkan
bahwa dari 50 responden, 44 responden (88%) mempunyai sikap yang baik terhadap
penderita Skizofrenia.
Teori yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2010) yang berpendapat bahwa sikap adalah respon tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,
baik-tidak baik, dan sebagainya).
Hasil uji statistik chi square
diperoleh p value = 0,011 (p<0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara sikap keluarga terhadap gangguan jiwa dengan
dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Lampung Tahun 2015 dengan nilai OR=3,166 yang berarti bahwa keluarga
dengan sikap positif mempunyai peluang 3,166 kali untuk memberikan dukungan
dalam pengobatan dari pada keluarga yang memiliki sikap negatif. Penelitian
yang dilakukan oleh Wulansih (2008) dengan judul “Hubungan antara tingkat
pengetahuan dan sikap keluarga dengan kekambuhan pada pasien Skizofrenia di
RSJD Surakarta” diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari level of
significant dari sikap adalah 5% (0,041<0,05), berarti Ho ditolak yang
artinya ada hubungan antara sikap keluarga dengan kekambuan pasien Skizofrenia.
Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Green (2005), dalam Susanto (2013) yang menyatakan bahwa
perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu (1) Faktor predisposisi (predisposing
factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah terjadinya suatu perilaku;
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sistem nilai; (2) Faktor pendukung
atau pemungkin (enabling factors) meliputi semua karakter lingkungan dan
semua sumber daya seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, dokter,
paramedis. Fasilitas pada dasarnya yang mendukung atau memungkinkan terjadinya
suatu perilaku; (3) Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors)
yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat,
tokoh agama, petugas kesehatan, teman atau kelompok sebaya, peraturan
undang-undang, surat keputusan dari para pejabat pemerintah daerah atau pusat
yang berkaitan dengan kesehatan.
Sikap diawali dari pengetahuan.
Pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang positif, namun pengetahuan bisa
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pengalaman, tingkat pendidikan,
keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya. Sikap yang positif akan
membentuk perilaku yang positif pula, tetapi perilaku juga bisa dipengaruhi
oleh faktor lain seperti adat istiadat, kepercayaan, tradisi, persepsi,
motivasi dan sebagainya. Sikap positif seseorang kepada klien gangguan jiwa
dapat memperbesar kemungkinan dalam kesembuhan pasien Skizofrenia.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Distribusi
frekuensi pengetahuan keluarga sebanyak 59 orang (59,0%) memiliki pengetahuan
kurang-cukup tentang gangguan jiwa dan sebanyak 41 orang (41,0%) memiliki
pengetahuan baik tentang gangguan jiwa.
2.
Distribusi
frekuensi sikap keluarga sebanyak 61 orang (61,0%) bersikap positif dalam
merawat klien dengan gangguan jiwa dan sebanyak 39 orang (39,0%) bersikap
negatif dalam merawat klien dengan gangguan jiwa
3.
Distribusi
frekuensi dukungan keluarga sebanyak 53 orang (53,0%) memberikan dukungan dalam
pengobatan dan yang tidak mendukung sebanyak 47 orang (47,0%).
4.
Ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa dengan
dukungan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia dengan nilai (p value=0,006)
5.
Ada
hubungan yang bermakna antara sikap keluarga terhadap gangguan jiwa dengan
dukungan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia dengan nilai (p value
= 0,011).
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut kepada berbagai pihak :
1.
Bagi
Poli Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung
a.
Pihak
Poli RS. Jiwa Provinsi Lampung hendaknya bisa meningkatkan pelayanan
keperawatan jiwa, terutama intervensi untuk keluarga klien yang diharapkan
mampu lebih meningkatkan dukungan keluarga dalam pengobatan.
b.
Hendaknya
mengadakan penyuluhan tentang gangguan jiwa terutama mengenai penyebab serta
tanda dan gejala gangguan jiwa.
2.
Bagi
institusi pendidikan
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan ilmu pengetahuan
tentang keperawatan jiwa khusunya terkait dukungan keluarga dalam pengobatan
pasien Skizofrenia.
3.
Bagi
peneliti selanjutnya
Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian yang akan
datang dengan menggunakan variabel lain yang belum peneliti lakukan seperti :
adat istiadat, kepercayaan, tradisi, persepsi, motivasi dengan dukungan
keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Butar, Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan
Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Medan Tahun 2012, Skripsi, FIK-USU, 2012
Dahlan, S. 2012. Statistik Untuk Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Dana, M. 2012. Konsep Keluarga. http://merthadana.blogspot.com/2012/08/bab-i-konsep-keluarga.html diakses
pada 5 Maret 2015 pukul 12:29.
Ermawati, D.H. 2013. Dukungan Keluarga.http://dwihestiermawati.blogspot.com/ diakses
pada diakses pada 4 Maret 2015 pukul 20:34.
Hastono. 2007. Analisa Data Kesehatan.
Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Satrio, Damayanti, Ardinata. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Lampung : LP2M IAIN Raden Intan.
Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Medika.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nuraenah, Hubungan Dukungan Keluarga Dan Beban Keluarga
Dalam Merawat Anggota Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan Di RS. Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur Tahun 2012, Tesis, FIK-UI, 2012
Purnamasari, Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Rumah Sakit Prof.V.L
Ratumbuysang Manado Tahun 2013, Skripsi, PSIK-Universitas Sam Ratulangi
Manado, 2013
Shives, L.R. (2012). Basic Concept of Pshychiatric
Mental Healt Nursing, . Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of
Pshychiatic Nursing, ed. Missouri : Mosby Inc.
Suparyanto. 2012. Konsep Dukungan Keluarga. http://dr
suparyanto.blogspot.com/2012/03/konsep-dukungan-keluarga.html diakses
pada 17 Febuari 2015 pukul 11:00.
Susanto, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja
dengan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Ambarawa
Kab.Pringsewu Lampung Tahun 2013, Skripsi, PSIK-STIKes Aisyah Pringsewu
Lampung, 2013
Suwardiman, Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Beban Keluarga Untuk Mengikuti Regimen Terapeutik Pada Keluarga Klien
Halusinasi Di RSUD Serang Tahun 2011, Tesis, FIK-UI, 2011
Townsend, M.C. (2014). Essentials of Psychiatric
Mental Healt Nursing. . Philadelphia : F.A Davis
Company.
Wulansih, Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Keluarga dengan Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta
Tahun 2008, Skripsi, FIK-UMS, 2008
Yulian, Hubungan Antara Support System Keluarga
dengan Kepatuhan Berobat Klien Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Tahun 2008, FIK-UMS, 2008
0 komentar:
Posting Komentar