Home » » ESTU PRAYUDI | HUBUNGAN KETERSEDIAAN VENTILASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI DESA BUNUT WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013

ESTU PRAYUDI | HUBUNGAN KETERSEDIAAN VENTILASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI DESA BUNUT WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013

STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Agustus 2013
Estu Prayudi

HUBUNGAN KETERSEDIAAN VENTILASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI DESA BUNUT
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNUT
KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN  2013

xv + 45 halaman + 2 Gambar + 4 Tabel + 8 Lampiran

ABSTRAK
Menurut UNICEF (2006), pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada usia anak-anak terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita, salah satunya disebabkan oleh faktor lingkungan. Dari laporan Puskesmas Bunut diketahui bahwa kelurahan Bunut merupakan kelurahan dengan angka Pneumonia pada balita tergolong tinggi yaitu sebesar 28 (62,2%) kasus.
Tujuan dalam penelitian ini adalah diketahui hubungan faktor lingkungan rumah dengan terjadinya Pneumonia di Desa Bunut wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran tahun 2013.
Jenis penelitan ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa Bunut wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran bulan Agustus tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki balita di desa Bunut Kabupaten Pesawaran pada bulan juli tahun 2013 yang berjumlah 115 balita yang kemudian diambil sampel secara acak sebesar 54 orang. Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi yang berisi tentang faktor lingkungan yang meliputi ventilasi, kebiasaan merokok dan Pengunaan Bahan Bakar memasak. Sedangkan untuk variabel terjadinya Pneumonia menggunakan lembar observasi yang didapat dari hasil manifestasi klinis Pneumonia. Analisa data bivariat menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian diperoleh Balita yang terkena pneumonia sebesar 17 (31,5%), ventilasi tidak memenuhi syarat sebesar 36 (66,7%), kebiasaan merokok didalam rumah sebesar 33 (61,1%), dan yang menggunakan bahan bakar memasak tinggi polusi sebesar 19 (35,2%). Hasil uji statistik chi square didapatkan hasil ada hubungan ketersediaan ventilasi yang memenuhi syarat dengan terjadinya Pneumonia P value = 0,049, OR = 5,714, ada hubungan kebiasaan merokok didalam rumah dengan terjadinya Pneumonia P value = 0,013, OR = 7,917, hubungan pengunaan bahan bakar untuk memasak dengan terjadinya Pneumonia P value = 0,000, OR = 16,792,
Kata Kunci      : Faktor lingkungan Rumah, Kejadian pneumonia pada balita
Kepustakaan   : 23 (2002-2012)



STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
COURSE OF NURSING
Thesis, August 2013
Estu Prayudi

THE CORRELATIONSHIP OF ENVIRONMENTAL FACTORS OF OCCURRENCE OF PNEUMONIA AT HOME WITH TODDLERS IN THE VILLAGE OF BUNUT WORK-AREA CLINICS BUNUT REGENCY PESAWARAN 2013

xv + 45 pages + 2 imeges + 4 Table + 8 Apendic

ABSTRACK
According to UNICEF (2006), pneumonia is the biggest cause of death in the age of the children, especially in developing countries like Indonesia. Many of the risk factors that can lead to the occurrence of pneumonia on a toddler, one of which is caused by environmental factors. Report of Puskesmas Bunut noted that the village of Bunut is a neighborhood with a number of Pneumonia in toddlers is high i.e. by 28 (62.2%) cases.
The purpose of this research is to know the relationship of environmental factors with the onset of Pneumonia in the village of Bunut work-area Clinics Bunut Pesawaran Regency by 2013.
This type of study was analytic with cross sectional approach. This research was conducted in the village of Bunut work-area Clinics Pesawaran Regency Bunut August 2013. The population in this study are families who have toddlers in the village of Bunut Pesawaran Regency in July 2013 which amounts to 115 toddlers which were then taken to randomly sample of 54 people. Data collecting tools in this study using a sheet containing the observation about the environmental factors that include ventilation, smoking habit and use as a cooking Fuel. As for the variable occurrence of Pneumonia using sheets of observations obtained from the results of the clinical manifestations of Pneumonia. Data analysis using the chi square test bivariat.
The research results obtained Toddlers affected by pneumonia by 17 (31.5%), ventilation is not eligible for 36 (66,7%), the habit of smoking in the home by 33 (61,1%), and which uses high cooking fuels pollution of 19 (35.2%). Chi square statistical tests results obtained results there is a connection for a qualified ventilation with the occurrence of Pneumonia P value = 0.049, OR relationship, there are 5,714 = habit of smoking in the home with the occurrence of Pneumonia P value = 0,013, OR use relations, 7,917 = fuel for cooking with the occurrence of Pneumonia P value = 0.000, OR = 16,792.
                               
Key Word       : Home Environmental Fact, incidence of pneumonia in babies
Bibliography   : 23 (2002-2012)'



PENDAHULUAN

      Lingkungan pemukiman dan perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. banyak aspek kesejahtraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit yang dipengaruhi oleh lingkungan dam banyak penyakit dapat dimulai, didukung atau ditopang oleh faktor-faktor lingkungan (Mulia, 2005).
      Rendahnya fasilitas sarana sanitasi dasar menyebabkan balita harus menghadapi berbagai ‘musuh’ yang mengancam jiwa. Virus, bakteri, dan berbagai bibit penyakit sudah siap menerjang masuk ke tubuh balita yang masih memiliki imunitas rendah (Iriannie Wijaya, 2005).
      Salah satu penyakit yang berhubungan dengan rendahnya sarana lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat adalah Pneumonia, yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi (Depkes RI, 2002).
      Ciri Pneumonia, Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit (Kemenkes RI, 2012).
      Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita, salah satunya disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya Pneumonia pada balita adalah faktor lingkungan rumah, seperti tidak tersedianya ventilasi atau sirkulasi udara yang memenuhi syarat. Polusi udara didalam rumah dari hasil pembakaran yang tidak sempurna yang berasal dari dapur dan juga kebiasaan merokok didalam rumah juga dapat menyebabkan terjadinya Pneumonia pada balita (Depkes RI, 2004).
      Menurut UNICEF (2006), pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada usia anak-anak terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Angka kematian pneumonia pada balita diperkirakan mencapai 21%. Adapun angka kesakitan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya. Fakta yang sangat mencengangkan. Karenanya,kita patut mewaspadai setiap keluhan panas, batuk, sesak pada anak dengan memeriksakannya secara dini (Mansjoer, 2008).
      Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyebutkan, penyebab kematian balita karena pneumonia adalah nomor 2 dari seluruh kematian balita (15,5%). Sehingga jumlah kematian balita akibat penumonia tahun 2010 adalah 30.470 balita (15,5% x 196.579), atau rata-rata 83 orang balita meninggal setiap hari akibat pneumonia. (Buletin Pneumonia, 2011).
      Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) di Provinsi Lampung tahun 2010, penyakit ISPA merupakan penyakit saluran pernafasan yang banyak di derita oleh responden (18,8%) di ikuti oleh pneumonia (0,8%). Data ini meningkat pada hasil riset sebelumnya pada tahun 2007 penyakit ISPA mencapai (13,9%) dan penemonia sebesar 0,6%) (Riskesdas, 2010)
      Dari data profil dinas kesehatan Kabupaten Pesawaran jumlah Pneumonia selalu meningkat pada tiap tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah Pneumonia pada tahun 2008 sebesar 4346 (40,51%), meningkat pada tahun 2009 menjadi  5764 kasus (47,09%), tahun 2010 menurun 4868 kasus  akan tetapi meningkat pada segi persentase sebesar (57,9%) dan tahun 2011 sebesar 4559 (46,6%). (Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2011).
      Berdasarkan Laporan Unit Program Penyehatan & Pengendalian Lingkungan (P2PL) dinas kesehatan Kabupaten Pesawaran, kasus kematian akibat Pneumonia di Pesawaran mengalami tren yang meningkat dari tahun sebelumnya, pada tahun 2009 tercatat 17 kasus (0,39%), 2010 menurun menjadi 11 kasus (0,19%), tahun 2011 11 kasus (2,26%), dan meningkat kembali pada tahun 2012 sebanyak 17 kasus (0,37%). Berdasarkan wilayah kerja puskesmas, kasus Pneumonia balita dengan realisasi penemuan dengan persentase tertinggi ada di puskesmas Bunut Kecamatan Padang Cermin. (Sumber, Seksi P2PL, Dinkes Pesawaran, 2012).
      Berdasarkan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas) Bunut tahun  2010 terdapat 475 (10,45%)  kasus pneumonia pada balita dan tahun 2011 meningkat menjadi 506 kasus (11,09%), kejadian pneumonia pada balita. (SP2TP Puskesmas Bunut, 2012).
      Menurut Laporan SP2TP Puskesmas Bunut hingga periode Februari 2012 terdapat 45 kasus pneumonia pada balita. Dari laporan tersebut dapat diketahui bahwa kelurahan Bunut merupakan kelurahan  dengan angka pneumonia pada balita tergolong tinggi yaitu sebesar 28 (62,2%) kasus, dibandingkan dengan kelurahan lainnya (Laporan Bulanan Puskesmas Bunut, 2013).
      Berdasarkan hasil prasurvey yang peneliti lakukan pada tanggal 17 Maret 2013 terhadap 10 keluarga yang memiliki balita di desa Bunut wilayah kerja Puskesmas Bunut, terdapat 3 (30%) balita mengalami gejala Pneumonia seperti batuk berdahak dan pilek serta mengalami demam, dari ke 3 (30%) balita tersebut seluruhnya memiliki anggota keluaga yang merokok di dalam rumah dan kondisi ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan 7 (70%) balita lainnya tidak memiliki gejala pneumonia akan tetapi terdapat 4 (57%) balita yang memiliki angota keluarga yang merokok didalam rumah, 1 (14%) balita yang angota keluarganya mengunakan kayu bakar untuk memasak, dan keseluruhan balita memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah adalah cross sectional, yaitu dimana eksposure dan out come terjadi bersamaan.
Adapun jumlah sampel yang digunakan sebanyak 54 balita dan pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling di di desa Bunut Kabupaten Pesawaran pada bulan Juli tahun 2013. Uji statistik yang digunakan untuk membuktikan hipotesis adalah chi-squere dengan α : 0.05.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1.      Keberadaan Ventilasi Rumah
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi keberadaan ventilasi rumah di Desa Bunut wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran tahun 2013, dapat diketahui sebesar 36 responden (66,7%) memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat, dan 18 responden (33,3%) memiliki ventilasi memenuhi syarat.

2.      Kejadian Pneumonia
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi kejadian Pneumonia pada balita di Desa Bunut wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran tahun 2013, sebagian besar tidak mengalami Pneumonia, yaitu 37 balita (68,5%).

3.      Hubungan Ketersediaan Ventilasi Yang Memenuhi Syarat Dengan Terjadinya Pneumonia
Tabel 1
Hubungan Ketersediaan Ventilasi Yang Memenuhi Syarat Dengan Terjadinya Pneumonia Pada Balita Di Desa Bunut Wilayah Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran Tahun 2013
Ventiasi
Kejadian Pneumonia
Jumlah
P Value
OR Ci 95%
Ya
Tidak
N
%
N
%
N
%
Tidak memenuhi syarat
15
41,7
21
58,3
36
100
0,049
5,714
(1,139-28,656)
Memenuhi
Syarat
2
11,1
16
88,9
18
100
Jumlah
17
31,5
37
68,5
54
100

Berdasarkan tabel diatas tentang hubungan ketersediaan ventilasi yang memenuhi syarat dengan terjadinya Pneumonia di Desa Bunut wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran tahun 2013, dapat diketahui bahwa  15 balita (41,7%) dengan ventilasi tidak memenuhi syarat mengalami pneumonia, sedangkan 2 balita (11,1%) dengan ventilasi yang memenuhi syarat mengalami pneumonia. Hasil uji statistik chi square didapat nilai p value = 0,049  (0,049 < 0,05),  maka dapat disimpulkan ada hubungan ketersediaan ventilasi yang memenuhi syarat dengan terjadinya Pneumonia pada balita di Desa Bunut wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran tahun 2013, dengan nilai OR didapat 5,714 artinya balita yang memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat memiliki risiko terkena pneumonia sebesar 5,714 kali dibandingkan dengan balita yang memiliki ventilasi yang memenuhi syarat.

Pembahasan

Hubungan ketersediaan ventilasi dengan kejadian pneumonia.
Dari hasil penelitian tentang Hubungan Ketersediaan Ventilasi dengan Terjadinya Peneumonia di Desa Bunut wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran tahun 2013, dapat diketahui dari hasil uji statistik chi square didapat nilai p value = 0,049  (0,049 < 0,05),  maka dapat disimpulkan ada hubungan ketersediaan ventilasi yang memenuhi syarat dengan terjadinya Pneumonia di Desa Bunut wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran tahun 2013, dengan nilai OR didapat 5,714 artinya balita yang memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat memiliki risiko terkena pneumonia sebesar 5,714 kali dibandingkan dengan balita yang memiliki ventilasi yang memenuhi syarat.
Menurut Depkes RI (2004), faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita, salah satunya disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya Peneumonia pada balita adalah faktor lingkungan rumah, seperti tidak tersedianya ventilasi atau sirkulasi udara yang memenuhi syarat.
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat yang kotor tersebut (Depkes RI, 2004).
Hasil ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi di Puskesmas Merden Kabupaten Banjarnegara tahun 2000 yang menyimpulkan bahwa luas jendela mempunyai hubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. ( p value < dari ά  (0,026 < 0,05). OR didapat 15,545.
Adanya  hubungan antara ketersediaan ventilasi dengan kejadian Peneumonia disebabkan karena tingginya persentase ventilasi dalam katagori tidak memenuhi syarat mengakibatkan kejadian Peneumonia pada balita.  Berdasarkan hasil observasi peneliti, warga di Desa Bunut  memiliki ventilasi atau lubang sirkulasi udara akan tetapi banyak yang tidak berfungsi dengan maksimal karena ditutup mengunakan kaca, alasan warga melakukan hal tersebut rata-rata untuk menghindari serangga nyamuk masuk kedalam rumah, hal ini yang akan menyebabkan sirkulasi udara didalam rumah kurang baik. Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri pathogen.
Bayi dan balita merupakan kelompok yang kekebalan tubuhnya belum sempurna, sehingga masih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi (Depkes RI, 2006).   Lingkungan yang kurang memenuhi syarat menyebabkan balita mudah terserang oleh penyakit yang bersumber dari lingkungan.
Tingginya persentase warga yang memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat dikarenakan kurangnya pengetahuan warga tentang pentingnya ventilasi untuk sirkulasi udara didalam rumah.  Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi perilaku sehat seseorang diantaranya adalah faktor predisposis pengetahuan. Kurangnya pengetahuan masyarakat serta tidak adanya akibat yang dirasakan secara lansung dari ventilasi yang tidak memenuhi syarat menyebabkan masyarakat enggan memperhatikan kondisi ventilasi ruamahnya.
Hasil penelitian juga didapat responden dengan ventilasi yang tidak memenuhi syarat dan tidak menderita Peneumonia kemungkinan disebabkan karena  kondisi gizi balita yang baik sehingga balita mempunyai daya tahan tubuh yang baik juga. Kemungkinan ke dua balita sudah mendapatkan imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) waktu bayi, sehingga kekebalan balita mempunyai kekebalan tubuh dari serangan bakteri pathogen penyebab pneumonia. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat bukanlah penyebab utama Peneumonia akan tetapi dipengaruhi oleh fator lain yang berkorelasi menyebabkan Peneumonia.  Begitu juga dengan responden yang ventilasinya memenuhi  syarat tetapi memiliki balita yang menderita Peneumonia menurut peneliti disebabkan karena imunitas (kekebalan tubuh) balita sedang menurun, sehingga mempermudah bakteri penyebab Peneumonia masuk kedalam tubuh balita melalui perantara udara  serta makanan dan minuman yang telah terkontaminasi bakteri Peneumonia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.        Balita yang terkena pneumonia sebesar 17 (31,5%).
2.        Ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 36 (66,7%).
3.        Ada hubungan ketersediaan ventilasi yang memenuhi syarat dengan terjadinya Pneumonia di Desa Bunut wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran tahun 2013. P value = 0,049, OR = 5,714.

Saran

1.      Menambah wawasan peneliti mengenai hubungan faktor lingkungan dengan kejadian pneumonia pada balita.
2.      Agar mempublikasikan hasil penelitian melalui media internet agar bisa di akses bagi para peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan variabel lain.
3.      Melakukan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada masyarakat desa Bunut secara rutin agar masyarakat mengerti tentang pentingnya penerapan PHBS.
4.      Diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang sehat untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga
5.      Dapat melakukan studi lanjutan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sanitasi dasar yang memenuhi syarat pada masyarakat melalui variabel dukungan petugas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta.

Azwar, Azrul, 2006. Azwar. Pengantar Epidemiologi, Jakarta Binarupa Aksara

Blum L, Hendrick. dalam Murwanto, Bambang. 2005. Rencana dan evaluasi kesehatan. Stikes mitra Lampung

Buletin Penemonia 2011, Buletin Penemonia tahun 2011. Diakses tangal 8 Maret 2013 dalam http//wwwbuletinpenemonia.com

Chandra, Budiman, 2006. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Jakarta.EGC.

Depkes R1, 2004. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, Ditjen PPM-PLP. Jakarta.  dalam www.depkes.go.id, Diakses tanggal 12 April 2012

Depkes R1, 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 829 / Menkes/SK/VII/1999 rumah sehat  dalam www.depkes.go.id, 2006 Diakses tanggal 1 Maret 2013

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Profil kesehatan  Lampung 2007. Lampung

Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran 2011, Pesawaran

Djojodibroto, Darmanto, 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dwi Rahmawati, R. Hartono, 2012. ISPA/Gangguan Pernapasan pada Anak. Yogjakarta. Nuha Medika

Hastono. 2007. Analisa data. Jakarta, FKMUI
Misnadiarly, 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Jakarta. Pustaka Obor Populer

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Mulia Ricki M, 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Graha Ilmu.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta.

Puskesmas Bunut. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas Bunut 2012. Pesawaran

Rinaldi 2010. Gambaran pengetahuan ibu tentang ISPA pada anak di Puskesmas Medan Denai Sumatera Utara tahun 2010. dalam http//jurnalkesehatan//blogspot.com. diakses tanggal 1 Maret 2013

Sulistyo 2010, Hubungan sanitasi rumah secara fisik, pencemaran udara dalam rumah dan pejamu dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di Kelurahan Penjaringan Sari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya tahun 2010. dalam http//jurnalkesehatan//blogspot.com. diakses tanggal 1 Maret 2013.

Thanks for reading ESTU PRAYUDI | HUBUNGAN KETERSEDIAAN VENTILASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI DESA BUNUT WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar