Home » » AJENG AYUNING PANGESTIKA | HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PENGOBATAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015

AJENG AYUNING PANGESTIKA | HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PENGOBATAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015



STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Agustus 2015
Ajeng Ayuning Pangestika

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PENGOBATAN
PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015

XVI + 76 Halaman + 6 Tabel + 2 Gambar + 13 Lampiran

Skizofrenia adalah penyakit otak neurobiologis yang serius dan terus-menerus. Hasilnya respon yang sangat dapat mengganggu kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat. Keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami Skizofrenia perlu mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik dalam memberikan dukungan pengobatan pasien Skizofrenia, namun kenyataanya ditemukan bahwa masih ada keluarga yang memiliki pengetahuan kurang dan bersikap negatif dalam memberikan dukungan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia.
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Instrumen dibuat dalam bentuk kuesioner dan dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian untuk mengukur pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa, sikap keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa, dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia. Pengumpulan data menggunakan angket. Sampel yang digunakan sebanyak 100 sampel dengan menggunakan purposive sampling sebagai tekhnik pengambilan data. Hasil penelitian menggambarkan bahwa 59% responden memiliki pengetahuan kurang sampai dengan cukup dan 41% responden memiliki pengetahuan baik. Sedangkan 39% responden memiliki sikap negatif dan 61% responden memiliki sikap positif dalam memberikan dukungan dalam pengobatan. Analisis statistik chi square dengan derajat kebebasan (α)= 0,05 diperoleh hasil ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia dengan nilai p value=0,006, sedangkan dari variabel sikap juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap keluarga dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia dengan nilai p value=0,011.
Saran dalam penelitian adalah keluarga perlu mencari informasi-informasi yang adekuat tentang penyakit Skizofrenia, keluarga hendaknya selalu mendampingi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa untuk berobat, memantaunya ketika minum obat dan menjamin kontinuitas dalam minum obat.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga, Pengobatan Pasien Skizofrenia
Kepustakaan : 19 (2007-2015)



THE CORRELATION BETWEEN UNDERSTANDING AND AFFECTION ABOUT MENTAL DISORDER TOWARD FAMILY SUPPORT IN SCHIZOPHERNIA PATIENT TREATMENT IN PSYCHIATRIC HOSPITAL OF
LAMPUNG PROVINCE IN THE YEAR OF 2015

AJENG AYUNING PANGESTIKA

Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Aisyah Pringsewu Lampung


ABSTRACK

Schizophrenia is a serious and continues neurobiological disease in the brain. This disease is very harmful and decreases the living standard quality of individual, family and the society. The family with schizophrenia patient must have good understanding and affection in supporting the schizophrenia patient treatment, in fact there is family with poor understanding and affection in giving this support. The objective of this research is to know the correlation between family understanding and affection toward family support in schizophrenia patient treatment.
This research was done quantitatively with a cross sectional research design. The instrument of the research was made in questioner and divided into three parts to measure the family understanding in mental disorder, family affection in giving treatment toward the client with mental disorder, and family support in schizophrenia patient treatment. In collecting the data the researcher used questionnaire which involved 100 samples that were taken by using purposive sampling technique. The result of the research was 59% respondents had poor to enough understanding and 41% respondents had good understanding. In the other hand, 39% respondents had negative affection and 61% respondents had positive affection in supporting the treatment process. Statistical analysis used chi square with free degree (α)= 0.05 it was found that there was a correlation between family understanding and affection toward family support in schizophrenia patient treatment with p value= 0.006, and affection variable shown that there was a correlation between family affection toward family support in schizophrenia patient treatment with p value= 0.011.
Suggestion in this research is the family have to search for adequate informations about schizophrenia, accompany the patient with schizophrenia to get medical treatment, supervise the patient in taking medicine and insure the continuity of taking medicine.

Keyword         : Knowledge, Affection, Family Support, Schizophrenia Patient Treatment












PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sulit untuk didefinisikan dengan tepat. Orang-orang yang dapat melaksanakan peran mereka dalam masyarakat dan yang perilakunya sesuai dan adaptif dipandang sebagai sehat. Sebaliknya, mereka yang gagal untuk memenuhi peran dan melaksanakan tanggung jawab atau yang perilakunya tidak pantas dipandang sebagai sakit.
Menurut World Health Organization (2001), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, terdapat 0,17 % penduduk Indonesia yang mengalami Gangguan Mental Berat (Skizofrenia) atau secara absolute terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia. Bila dilihat menurut provinsi, prevalensi gangguan jiwa berat paling tinggi ternyata terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, sekitar  3 dari setiap 1.000 orang penduduk DIY mengalami gangguan jiwa berat. Sedangkan di Provinsi Lampung terdapat 0,08 % penduduk mengalami Gangguan Mental Berat (Skizofrenia).
Gangguan jiwa atau skizofrenia adalah penyakit otak neurobiologis yang serius dan terus-menerus. Hasilnya respon yang sangat dapat mengganggu kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat (Stuart, 2013).
Penyebab skizofrenia masih belum pasti. Kemungkinan besar tidak ada faktor tunggal. Penyakit ini mungkin hasil dari kombinasi termasuk faktor biologis, psikologis, dan lingkungan (Townsend, 2014). Gejala skizofrenia meliputi gejala positif (perilaku yang normal berlebihan) dan gejala negatif (berkurang perilaku normal) (Stuart, 2013).
Banyak sekali orang yang percaya bahwa gangguan jiwa tidak mungkin bisa disembuhkan dan orang yang menderitanya tidak mungkin bisa berfungsi secara normal di masyarakat. Persepsi yang muncul kemudian dalam taraf yang lebih jauh akan menyebabkan orang tidak mau untuk mengetahui permasalahan kesehatan jiwa baik dalam dirinya sendiri maupun orang lain. Di Indonesia, pengetahuan seseorang tentang gangguan jiwa dipengaruhi erat oleh kultur budaya. Seseorang dengan gangguan jiwa sering dianggap terkena guna-guna, menderita suatu dosa ataupun terkena pengaruh setan atau makhluk halus lainnya (Irma, 2010).
Penanganan pasien gangguan jiwa membutuhkan perhatian yang sangat serius dan melibatkan semua pihak khususnya keluarga. Keluarga merupakan orang terdekat dengan pasien. Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesembuhan pasien. Menurut Smet (1994), dalam Christine (2010), dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Dukungan tersebut bisa berupa pengetahuan dan sikap keluarga dalam menangani anggota keluarga yang sakit. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) sedangkan sikap (attitude) adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Friedman (2010), dalam Suwardiman (2011), bentuk dukungan keluarga dapat berupa dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, dan dukungan penilaian. Bentuk dukungan emosional merupakan bentuk atau jenis dukungan yaang diberikan keluarga berupa memberikan perhatian, kasih sayang dan empati. Dukungan informasi, merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan memberikan informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan status kesehatannya. Dukungan instrumental, merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan klien dalam menyampaikan perasaannya. Dukungan penilaian, meupakan suatu dukungan dari keluarga dalam bentuk memberikan umpan balik dan penghargaan dengan menunjukkan respon positif yaitu dorongan atau persetujuan terhadap gagasan, ide, atau perasaan seseorang. Indikator dukungan keluarga yang baik adalah dukungan keluarga yang mencakup 4 bentuk dukungan tersebut (Friedman, 2010 dalam Suwardiman, 2011).


METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juni-4 Juli 2015 di Poliklinik RS. Jiwa Provinsi Lampung. Populasi penelitian ini adalah  keluarga atau orang terdekat/penanggung jawab pasien yang merawat pasien Skizofrenia yang sedang rawat jalan di Poliklinik RS. Jiwa Provinsi Lampung. Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 100 responden. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: bersedia dan kooperatif (menandatangani informed concent), tinggal satu rumah dengan pasien, bisa baca tulis dan keluarga yang lamanya merawat klien ≤ 2 tahun.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara kepada responden. Wawancara dilakukan saat keluarga sedang menunggu antrian di ruang tunggu Poliklinik RS. Jiwa. Peneliti dibantu dengan seorang asisten yang sebelumnya sudah di jelaskan maksud pertanyaan dari angket tersebut. Kemudian data dikumpulkan untuk diolah.
Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu : editing, coding, data entry atau processing, cleaning. Analisa data terdiri dari : analisa univariat dan analisa bivariat.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat

Tabel 1
Distribusi frekuensi pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa
Pengetahuan
Jumlah
Persentase (%)
Kurang-cukup
59
59,0
Baik
41
41,0
Jumlah
100
100,0

Gambaran dari 100 responden menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki pengetahuan kurang-cukup tentang gangguan jiwa yaitu sebanyak 59 orang (59,0%), sedangkan memiliki pengetahuan baik tentang gangguan jiwa sebanyak 41 orang (41,0%).





Tabel 2
Distribusi frekuensi sikap keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
Sikap
Jumlah
Persentase (%)
Negatif
39
39,0
Positif
61
61,0
Jumlah
100
100,0

Gambaran dari 100 responden menunjukkan bahwa sebanyak 61 keluarga (61,0%) mempunyai sikap positif dalam pengobatan pasien Skizofrenia dan sebanyak 39 keluarga (39,0%) mempunyai sikap negatif dalam pengobatan pasien Skizofrenia.

Tabel 3
Distribusi frekuensi dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
Dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
Jumlah
Persentase (%)
Tidak mendukung
47
47,0
Mendukung
53
53,0
Jumlah
100
100,0

Gambaran 100 responden menunjukkan bahwa sebanyak 53 keluarga (53,0%) memberikan dukungan dalam pengobatan dan yang tidak mendukung sebanyak 47 keluarga (47,0%).


Analisa Bivariat
Tabel 4
Hubungan pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
Pengetahuan
Dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
Tidak
Mendukung
Total
N
%
N
%
N
%
Kurang-cukup
35
59,3
24
40,7
59
100,0
Baik
12
29,3
29
70,7
41
100,0
Total
47
47,0
53
53,0
100
100,0
                        p value = 0,006                OR = 3,524


Pada tabel 4 diketahui keluarga yang memiliki pengetahuan kurang-cukup dan tidak memberikan dukungan dalam pengobatan pasien Skizofrenia sebanyak 35 orang (59,3%).
Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p value=0,006 yang berarti nilai p<0.05 (Ho ditolak), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung Tahun 2015 dengan nilai OR=3,524 yang artinya keluarga yang memiliki pengetahuan kurang-cukup mempunyai peluang 3,524 kali untuk tidak memberikan dukungan dalam pengobatan dari pada keluarga yang memiliki pengetahuan baik.

Tabel 5
Hubungan sikap keluarga dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
Sikap
Dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia
Tidak
Mendukung
Total
N
%
N
%
N
%
Negatif
25
64,1
14
35,9
39
100,0
Positif
22
36,1
39
63,9
61
100,0
Total
47
47,0
53
53,0
100
100,0
               p value=0,011                 OR=3,166

Pada tabel 5 diketahui keluarga yang memiliki sikap positif dan memberikan dukungan dalam pengobatan pasien Skizofrenia sebanyak 39 orang (63,9%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0,011 yang berarti p<0,05 (Ho ditolak), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap keluarga terhadap gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung Tahun 2015 dengan nilai OR=3,166 yang berarti bahwa keluarga dengan sikap positif mempunyai peluang 3,166 kali untuk memberikan dukungan dalam pengobatan dari pada keluarga yang memiliki sikap negatif.


PEMBAHASAN
Dilihat dari pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia lebih banyak responden memiliki pengetahuan kurang-cukup yaitu 59 orang (59,0%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2013) dengan judul “Hubungan pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Prof.V.L.Ratumbuysang Manado” yang memperlihatkan bahwa dari 50 responden, 24 responden (84%) memiliki pengetahuan kurang yang lebih dominan, sisanya memiliki pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (38%).
Teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata).
Hasil uji statistic chi square diperoleh p value=0,006 yang berarti (p<0,005). Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung Tahun 2015. Penelitian yang dilakukan oleh Butar (2012) dengan judul “Hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan”. Analisis statistik korelasi Spearman dengan derajat kebebasan (α)=0,05 diperoleh nilai p=0,033 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pasien Skizofrenia.
Teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa perilaku individu (dalam memberikan dukungan pengobatan) dipengaruhi oleh faktor eksternal (faktor dari luar diri seseorang) dan faktor internal (faktor dari dalam diri seseorang). Faktor eksternal seperti nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan dan tradisi sedangkan faktor internal seperti perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi dan sugesti.
Hasil dari pengetahuan yang kurang-cukup tentang gangguan jiwa disebabkan karena keluarga masih banyak yang tidak mengetahui penyebab serta tanda dan gejala gangguan jiwa. Pada saat wawancara masih banyak keluarga yang menjawab salah di kedua poin pertanyaan tersebut sedangkan perilaku seseorang (perilaku dalam memberikan dukungan pengobatan pasien Skizofrenia) tidak bisa dilihat dari banyak atau sedikitnya informasi yang didapat tetapi tergantung dari individu yang bersangkutan dalam mengolah informasi tersebut. Banyak faktor lain yang mempengaruhinya antara lain: nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan, tradisi, persepsi, motivasi, sugesti dan sebagainya.
Dilihat dari sikap keluarga dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia pada penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga yang bersikap positif sebanyak 61 orang (61,0%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulansih (2008) dengan judul “Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan kekambuhan pada pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta” memperlihatkan bahwa dari 50 responden, 44 responden (88%) mempunyai sikap yang baik terhadap penderita Skizofrenia.
Teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) yang berpendapat bahwa sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).
Hasil uji statistik chi square diperoleh p value = 0,011 (p<0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap keluarga terhadap gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung Tahun 2015 dengan nilai OR=3,166 yang berarti bahwa keluarga dengan sikap positif mempunyai peluang 3,166 kali untuk memberikan dukungan dalam pengobatan dari pada keluarga yang memiliki sikap negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Wulansih (2008) dengan judul “Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan kekambuhan pada pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta” diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari level of significant dari sikap adalah 5% (0,041<0,05), berarti Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara sikap keluarga dengan kekambuan pasien Skizofrenia.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Green (2005), dalam Susanto (2013) yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu (1) Faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah terjadinya suatu perilaku; pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sistem nilai; (2) Faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) meliputi semua karakter lingkungan dan semua sumber daya seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, dokter, paramedis. Fasilitas pada dasarnya yang mendukung atau memungkinkan terjadinya suatu perilaku; (3) Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, teman atau kelompok sebaya, peraturan undang-undang, surat keputusan dari para pejabat pemerintah daerah atau pusat yang berkaitan dengan kesehatan.
Sikap diawali dari pengetahuan. Pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang positif, namun pengetahuan bisa dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya. Sikap yang positif akan membentuk perilaku yang positif pula, tetapi perilaku juga bisa dipengaruhi oleh faktor lain seperti adat istiadat, kepercayaan, tradisi, persepsi, motivasi dan sebagainya. Sikap positif seseorang kepada klien gangguan jiwa dapat memperbesar kemungkinan dalam kesembuhan pasien Skizofrenia.


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.    Distribusi frekuensi pengetahuan keluarga sebanyak 59 orang (59,0%) memiliki pengetahuan kurang-cukup tentang gangguan jiwa dan sebanyak 41 orang (41,0%) memiliki pengetahuan baik tentang gangguan jiwa.
2.    Distribusi frekuensi sikap keluarga sebanyak 61 orang (61,0%) bersikap positif dalam merawat klien dengan gangguan jiwa dan sebanyak 39 orang (39,0%) bersikap negatif dalam merawat klien dengan gangguan jiwa
3.    Distribusi frekuensi dukungan keluarga sebanyak 53 orang (53,0%) memberikan dukungan dalam pengobatan dan yang tidak mendukung sebanyak 47 orang (47,0%).
4.    Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia dengan nilai (p value=0,006)
5.    Ada hubungan yang bermakna antara sikap keluarga terhadap gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia dengan nilai (p value = 0,011).

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut kepada berbagai pihak :
1.    Bagi Poli Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung
a.    Pihak Poli RS. Jiwa Provinsi Lampung hendaknya bisa meningkatkan pelayanan keperawatan jiwa, terutama intervensi untuk keluarga klien yang diharapkan mampu lebih meningkatkan dukungan keluarga dalam pengobatan.
b.    Hendaknya mengadakan penyuluhan tentang gangguan jiwa terutama mengenai penyebab serta tanda dan gejala gangguan jiwa.
2.    Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa khusunya terkait dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia.
3.    Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian yang akan datang dengan menggunakan variabel lain yang belum peneliti lakukan seperti : adat istiadat, kepercayaan, tradisi, persepsi, motivasi dengan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia.


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Butar, Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Medan Tahun 2012, Skripsi, FIK-USU, 2012
Dahlan, S. 2012. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Dana, M. 2012. Konsep Keluarga. http://merthadana.blogspot.com/2012/08/bab-i-konsep-keluarga.html diakses pada 5 Maret 2015 pukul 12:29.
Ermawati, D.H. 2013. Dukungan Keluarga.http://dwihestiermawati.blogspot.com/ diakses pada diakses pada 4 Maret 2015 pukul 20:34.
Hastono. 2007. Analisa Data Kesehatan. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Satrio, Damayanti, Ardinata. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Lampung :  LP2M IAIN Raden Intan.
Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Medika.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nuraenah, Hubungan Dukungan Keluarga Dan Beban Keluarga Dalam Merawat Anggota Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan Di RS. Jiwa Islam Klender Jakarta Timur Tahun 2012, Tesis, FIK-UI, 2012
Purnamasari, Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Rumah Sakit Prof.V.L Ratumbuysang Manado Tahun 2013, Skripsi, PSIK-Universitas Sam Ratulangi Manado, 2013
Shives, L.R. (2012). Basic Concept of Pshychiatric Mental Healt Nursing, . Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Pshychiatic Nursing,  ed. Missouri : Mosby Inc.
Suparyanto. 2012. Konsep Dukungan Keluarga. http://dr suparyanto.blogspot.com/2012/03/konsep-dukungan-keluarga.html diakses pada 17 Febuari 2015 pukul 11:00.
Susanto, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja dengan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Ambarawa Kab.Pringsewu Lampung Tahun 2013, Skripsi, PSIK-STIKes Aisyah Pringsewu Lampung, 2013
Suwardiman, Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Beban Keluarga Untuk Mengikuti Regimen Terapeutik Pada Keluarga Klien Halusinasi Di RSUD Serang Tahun 2011, Tesis, FIK-UI, 2011
Townsend, M.C. (2014). Essentials of Psychiatric Mental Healt Nursing. . Philadelphia : F.A Davis Company.
Wulansih, Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga dengan Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta Tahun 2008, Skripsi, FIK-UMS, 2008
Yulian, Hubungan Antara Support System Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Klien Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tahun 2008, FIK-UMS, 2008



















Thanks for reading AJENG AYUNING PANGESTIKA | HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PENGOBATAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015

Newest
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar