Home » » BAMBANG BASKORO | HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI DESA SUKADADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013

BAMBANG BASKORO | HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI DESA SUKADADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013



STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Agustus 2013
Bambang Baskoro

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI DESA SUKADADI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013

xv + 55 halaman + 2 gambar + 4 tabel + 8 lampiran

ABSTRAK

       Berdasarkan kajian UNICEF, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta hasil riset kesehatan (riskes) tahun 2010 menunjukkan terjadinya penurunan cakupan imunisasi campak (Kemenkes, 2011), di propinsi lampung pada tahun 2011 terdapat kasus KLB campak  sebanyak 22 orang atau urutan ke 3 terbesar setelah propinsi Jawa Tengah 37 kasus. Tujuan dalam penelitian ini adalah diketahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan pemberian imunisasi campak pada bayi di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013.
       Jenis penelitan ini adalah kuantitatif dengan disain analitik pendekatan  cross sectional. Penelitin ini dilakukan di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 10-12 bulan di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 140 orang yang kemudian diambil sampel secara acak sebesar 59 orang. Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner pengetahuan imunisasi dan lembar observasi pemberian imunisasi campak. Analisa data bivariat menggunakan uji chi square.
       Hasil penelitian diperoleh pengetahuan ibu tentang imunisasi campak pada bayi di desa Sukadadi, sebagian besar kurang baik yaitu 38 orang (64,4%), sebagian besar bayi 10-12 bulan di desa Sukadadi mendapatkan imunisasi campak yaitu 42 bayi (71,2%). Ada hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi campak pada bayi di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013. P value = 0,038, OR = 4,026. Bagi petugas pelaksana imunisasi perlu meningkatkan keaktifan dalam penyuluhan tentang imunisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan cakupan imunisasi campak.

Kata Kunci    : Pengetahuan imunisasi, Pemberian imunisasi campak
Kepustakaan  : 22 (2005-2012)




STIKES AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
SCIENCE STUDY NURSING PROGRAM

Thesis , August 2013
Bambang Baskoro

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE IMMUNIZATION WITH MEASLES IMMUNIZATION GRANTING IN VILLAGE SUKADADI
AT WORK AREA IN HEALTH CENTER GEDONG TATAAN
DISTRICT OF PESAWARAN AT 2013

xv + 55 pages + 2 tables + 4 images + 8 attachments


ABSTRACT

Based on the study of UNICEF, and the World Health Organization (WHO) and the results of health research ( riskes ) in 2010 showed a decline in measles immunization coverage (Ministry of Health, 2011), in the province of Lampung in 2011 there were 22 cases of measles outbreaks or sequence to the 3 largest after 37 cases of Central Java province. The purpose of this research is known relationship of knowledge mother about immunization with measles immunization in infants in the village Sukadadi Puskesmas Gedong Tataan District of Pesawaran at 2013 .
This type of research is quantitative analytic cross sectional design. This research is conducted in the village Sukadadi Puskesmas Gedong Tataan District of Pesawaran at 2013 . The population in this study were all mothers with infants aged 10-12 months in rural Sukadadi Puskesmas Gedong Tataan District of Pesawaran totaling 140 samples were then drawn at random by 59 people. Means of collecting data in this study using the questionnaire knowledge of immunization and measles immunization observation sheet. Bivariate data analysis using chi square test.
The results obtained mothers knowledge of immunization against measles in infants in rural Sukadadi , most of the poor are 38 people (64.4 %), most babies 10-12 months immunized against measles Sukadadi village that is 42 infants (71.2 %) . There is a relationship of knowledge with measles immunization in infants in the village Sukadadi Puskesmas Gedong Tataan District of Pesawaran at 2013 . Pvalue = 0.038, OR = 4.026. For executive officers need to improve immunization activity in extension of immunization to the community to increase measles immunization coverage .

Keywords : Knowledge immunization , measles immunization
Bibliography : 22 (2005-2012)



PENDAHULUAN

        Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat Tahun 2025 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat, mempunyai pengetahuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah RI (Kemenkes RI, 2010).
        Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 anak akan meninggal karena campak. Sebanyak 2 dari 100 anak akan meninggal karena batuk rejan. Satu dari 100 anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia di masyarakat, tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi lengkap. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya negara berkembang yang masih belum dapat mencapai Universal Child Immunization (UCI) karena cakupan imunisasi yang rendah(Ranuh, 2008).
              Kebijakan Nasional Imunisasi, menurut Renstra Kemenkes tahun 2011, target cakupan imunisasi yang harus dicapai pada tahun 2011 yaitu cakupan pemberian imunisasi pada bayi 0-11 bulan 82%, persentase anak SD yang mendapatkan imunisasi 80%, persentase desa yang mencapai UCI 85% (Kemenkes, 2011).
       Meskipun campak telah masuk ke dalam program imunisasi nasional sejak tahun 1982, namun sampai saat ini masih ditemukan kejadian luar biasa (KLB) campak. Hal ini disebabkan masyarakat yang menolak imunisasi karena takut ada efek samping (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi/KIPI). Padahal vaksin campak tergolong aman, meskipun dapat menimbulkan reaksi pada sebagian kecil anak, namun jarang bersifat serius. Reaksi dapat berupa ruam-ruam kulit ringan, demam ringan, pilek adalah reaksi yang paling umum ditemui setelah imunisasi dan dapat diobati (Tjandra, 2009).
         Setiap tahun diperkirakan sebanyak 30.000 anak-anak Indonesia meninggal karena penyakit campak dan komplikasinya. Campak dapat dicegah dengan imunisasi, akan tetapi diperkirakan setiap tahun sebanyak 1,2 juta anak Indonesia tidak menerima suntikan imunisasi secara rutin, sehingga mereka rentan terhadap komplikasi campak di antaranya radang paru-paru, diare, kerusakan otak dan kebutaan (Elizabeth, 2007).
        Berdasarkan kajian UNICEF, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta hasil riset kesehatan (riskes) tahun 2010 menunjukkan terjadinya penurunan cakupan imunisasi campak dan polio yang mengakibatkan bertambahnya jumlah bayi dan balita yang rentan terserang penyakit  (Kemenkes, 2011).
       Laporan Depkes menunjukkan, pencapaian UCI desa di Indonesia tahun 2007 dengan indikator cakupan imunisasi campak 76,1 %, tahun 2008 sebesar 68,3 %. Provinsi dengan cakupan UCI rendah antara lain Lampung, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tenggara, Maluku.  Hasil ini belum mencapai target nasional yaitu persentase desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) yaitu 80% (Depkes, 2007).
       Laporan Ditjen PP & PL, (Kemenkes RI, 2012) di propinsi lampung pada tahun 2011 terdapat kasus KLB campak  sebanyak 22 orang atau urutan ke 3 terbesar setelah propinsi Jawa Tengah 37 kasus dan Jawa Barat 58 kasus. Hasil ini belum menjapai target nasional yatu menurunkan kejadian campak hingga 0% (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2012).
       Berdasarkan laporan tahunan puskemas Gedong Tataan kasus campak sudah mengelami penurunan pada tahun 2010 terdapat 939 kasus campak, menurun pada tahun 2011 menjadi 810 kasus campak dan pada tahun 2012 menjadi 773 kasus. Kasus terbanyak pada tahun 2012 desa Sukadadi (SP2TP, Puskesmas Gedong Tataan, 2012 ).
              Dari 19 desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan, desa Sukadadi menduduki urutan terendah cakupan campak pada tahun 2012 yaitu sebesar  73%, dikuti desa Sungai Langka  78% dan   Bogorejo 80% cakupan tersebut tentunya belum mencapai target nasional yaitu >80%, sedangkan yang menduduki urutan tertinggi adalah desa Gedong Tataan sebesar 95% (SP2TP, Puskesmas Gedong Tataan, 2012).  
            Berdasarkan hasil laporan Tahunan Puskesmas Tatatan pada tahun 2010 didesa Sukadadi terdapat 83 (23%) kasus campak, terdiri dari lima kasus dialami oleh anak umur 6 -12 bulan, 17 kasus dialami oleh anak umur 13-36 bulan, 23 kasus dialami oleh anak umur 37 bulan - lima tahun dan 38 kasus dialami oleh umur diatas lima tahun, kemudian menurun pada tahun 2011 menjadi 73 kasus terdiri dari 15 kasus dialami oleh kelompok umur  6-12 bulan, 25 kasus pada umur 36 bulan - 5 tahun dan 33 kasus pada umur > lima tahun, dan meningkat kembali ditahun 2012 menjadi 89 kasus terdiri dari 10 kasus pada umur 6- 12 bulan, 20 kasus pada umur 13-36 bulan, 23 kasus pada kelompok umur 37 bulan- 5 tahun dan 46 kasus pada kelompok umur > lima tahun.  Masih adanya kasus campak  di desa Sukadadi menunukkan masih belum tercapainya penurunan kasus campak berdasarkan target Puskesmas Gedong Tataan yaitu 15% (SP2TP, Puskesmas Gedong Tataan, 2012).
      Rendahnya cakupan imunisasi campak dipropinsi lampung mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintahan propinsi lampung dengan dikeluarkanya keputusan gubernur lampung dengan nomor G/407/III.03/HK/2011, tentang penyelangaraan kampanye imunisasi campak dan polio tambahan di propinsi lampung tahun 2011 dengan tujuan melakukan kegiatan imunisasi campak tambahan pada anak usia 9 -59 bulan, imunisasi tambahan pada anak usia 0-59 bulan dan dipadukan oleh pemberian vitamin A pada semua kelompok umur (Kepgup Lampung, 2011).
        Tidak tercapainya target imunisasi hingga mencakup semua bayi, di beberapa daerah, antara lain disebabkan pemahaman masyarakat yang masih terbatas bahkan keliru terhadap imunisasi. Adapun di pedesaan karena minimnya infrastruktur dan rendahnya cara hidup sehat. Pengetahuan ibu tentang imunisasi sangat diperlukan karena dengan pengetahuan yang tinggi tentang imunisasi diharapkan ibu mau mengimunisasikan anaknya secara lengkap. Imunisasi sangat diperlukan oleh seorang anak, dengan imunisasi secara lengkap maka anak tersebut mempunyai kekebalan tubuh yang kuat dan tidak mudah terserang penyakit (Kompas, 2013).
         Imunisasi sebagai usaha pencegahan berbagai jenis penyakit, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia pada masa yang akan datang. Tugas utama kita sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan pengetahuan terhadap orang tua tentang imunisasi dan meninjau status imunisasi setiap anak. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit tertentu pada anak tersebut, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia (Ranuh, 2005).
       Dari data presurvey di desa Sukadadi wilayah Kerja puskesmas Gedong tataan terhadap 10 ibu yang memiliki bayi usia diatas sembilan bulan terdapat empat (40%) bayi tidak mendapatkan imunisasi campak satu orang diantaranya mengatakan tidak mengetahui tentang jadwal pemberian imunisasi campak dan tiga orang mengatakan tidak menberikan imunisasi campak kepada anaknya karena mempunyai pengalaman sebelumnya anaknya akan panas tinggi setelah dilakukan imunisasi campak, sementara itu enam orang (60%) yang melakukan imunisasi campak pada bayinya mengatakan mereka memberikan imunisasi campak karena mendapatkan informasi tentang imunisasi campak dari petugas kesehatan atau kader posyandu.
       Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tetantang imunisasi dengan pemberian imunisasi Campak di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013.






METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Adapun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 59 sampel yang mengikuti penelitian di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada tanggal 7-20 Agustus tahun 2013, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling.
Teknik pengumpulan data variabel pengetahuan dalam penelitian ini adalah pengisian kuesioner. teknik pengumpulan data pemberian imunisasi campak adalah mengobservasi kartu KMS.
Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian adalah chi square. Taraf kesalahan yang digunakan adalah 5%, untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05.

HASIL PENELITIAN

1.      Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu Tentang Imunisasi di Desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan  Kabupaten Pesawaran
tahun 2013

Pengetahuan
Jumlah
Persentase (%)
Kurang Baik
21
35,6
Baik
38
64,4
Jumlah
59
100,0

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang imunisasi di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013, dapat diketahui sebesar 21 orang (35,6%) memiliki pengetahuan kurang baik dan sebesar 38 orang (64,4%) memiliki pengetahuan baik.



2.      Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013

Imunisasi Capak
Jumlah
Persentase (%)
Tidak diberikan
17
28,8
Diberikan
42
71,2
Jumlah
59
100,0

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi pemberian imunisasi campak pada bayi di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013, dapat diketahui sebesar 17 bayi (28,8%) tidak diberikan imunisasi campak dan sebesar 42 bayi (71,2%) diberikan imunisasi campak.

3.      Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi.
Tabel 3
Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi Campak
pada Bayi di Desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas  Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013

Pengetahuan
Imunisasi Campak
Jumlah
P Value
OR Ci 95%
Tidak diberikan
Diberikan
N
%
N
%
N
%
Kurang Baik
10
47,6
11
52,4
21
100
0,038
4,026
(1,230-13,178)
Baik
7
10,9
31
81,6
38
100
Jumlah
17
28,8
42
71,2
59
100

Berdasarkan tabel diatas tentang hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi campak pada bayi di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013, dapat diketahui bahwa  47,6% ibu yang pengetahuannya kurang baik memiliki balita yang tidak diberikan imunisasi campak, sedangkan 10,9% ibu yang memiliki pengetahuan baik memiliki balita yang tidak diberikan imunisasi campak. Hasil uji statistik chi square didapat nilai p value = 0,038  (0,038 < 0,05),  maka dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi campak pada bayi di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013. OR didapat 4,026 artinya ibu dengan pengetahuan kurang baik memiliki risiko tidak memberikan imunisasi campak pada bayinya sebesar 4,026 kali dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya baik.

PEMBAHASAN

1.      Pengetahuan ibu tentang campak
Menurut Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia, yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya  tingkat pendidikan dan penghasilan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Eka Ratna Sari (2009) di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang menyatakan pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan kelengkapan imunisasi kategori pengetahuan baik sebesar 78,9% dan kategori pengetahuan kurang baik sebesar 21,1%.
Tingginya proporsi pengetahuan tentang imunisasi dalam katagori cukup, di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013 disebabkan karena ibu sering mendapatkan sosialisasi informasi tentang imunisasi dari petugas kesehatan kepada ibu, hasil wawancara bebas menurut sebagian besar responden telah mendapatkan informasi mengenai imunisasi campak pada saat pelayanaan posyandu petugas kesehatan maupun kader posyandu selalu aktif untuk menjelaskan tentang pentingnya melakukan imunisasi dan juga waktu pemberian imunisai, dan juga jadwal pemberian imunisasi telah terpasang di posyandu sehingga para ibu mengetahui waktu untuk memberikan imunisasi campak.
Begitu juga sebaliknya adanya ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik disebabkan kurang aktif untuk mencari informasi tentang imunisasi campak kepada kepetugas kesehatan maupun berinisiatif mencari informasi melalui media cetak maupun media elektronik. Hal ini disebabkan sibuknya pekerjaan ibu diluar rumah untuk menambah penghasilan keluarga, berdasarkan karakteristik responden  80,7% ibu adalah pekerja sehingga ibu lebih memilih bekerja dari pada mencari informasi imunisasi. Selain itu pelaksanaan posyandu yang dilakukan saat kegiatan posyandu maupun di puskesmas yang dilaksanakan pada pagi hari bertepatan dengan jam kerja menyebabkan ibu lebih memilih bekerja dari pada mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan tersebut.
Rendahnya pendidikan responden juga dapat berkorelasi dengan kurangnya kemampuan responden untuk menangkap konsep dan materi baru tentang Imunisasi yang diberikan oleh petugas kesehatan saat penyuluhan. Selain itu rendahnya pendidikan juga mempengaruhi pola fikir responden yang diwujudkan dalam tindakan untuk mengabaikan pentingnya mencari informasi tentang Imunisasi (Kemenkes, 2011). Beberapa faktor kemungkinan diatas dapat menjadi faktor predisposisi ibu tidak memiliki objek yang jelas tentang Imunisasi yang menyebabkan responden kurang baik dalam menjawab pertanyaan yang peneliti berikan.



2.      Imunisasi Campak
Rendahnya cakupan imunisasi campak dipropinsi lampung mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintahan propinsi lampung dengan dikeluarkanya keputusan Gubernur Lampung dengan nomor G/407/III.03/HK/2011, tentang penyelangaraan kampanye imunisasi campak dan polio tambahan di Propinsi Lampung tahun 2011 dengan tujuan melakukan kegiatan imunisasi campak tambahan pada anak usia 9 -59 bulan, imunisasi tambahan pada anak usia 0-59 bulan dan dipadukan oleh pemberian vitamin A pada semua kelompok umur (Kepgub Lampung, 2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arif Wahyu Himawan (2006) di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang hasil penelitian didapat bahwa status imunisasi bayi terdiri dari tidak lengkap yaitu sebesar  14%, dan status gizi lengkap sebesar 86%.
Tingginya proporsi bayi yang mendapatkan imunisasi campak di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013, karena gencarnya pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten untuk mensosialisasikan tentang pentingnya pemberian imunisasi campak pada bayi, sehingga seluruh elemen masyarakat diharapkan telah mendapatkan imunisasi campak.
Masih adanya ibu yang memiliki bayi tidak mendapatkan imunisasi campak kemungkinan disebabkan karena ibu mendapat stigma yang buruk dari efek samping pemberian imunisasi campak, berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu yang memiliki bayi tidak diberikan imunisasi campak disebabkan karena pengalaman pada anak sebelumnya setelah diberikan imunisasi mengalami demam panas dan terus menangis, sehingga ibu enggan untuk memberikan imunisasi pada anak berikutnya.

3.      Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi Campak
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.  Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.  Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dewi Murniasih (2010) berhubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dengan kejadian campak di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Merden Kabupaten Banjarnegara, hasil penelitian didapat nilai p value  (0,031<0,05), dinyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian campak di wilayah kerja Puskesmas Merden Kabupaten Banjarnegara.
Adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dengan pemberian imunisasi campak dikarenakan ibu-ibu yang memiliki balita di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran telah mengetahui tujuan, manfaat dan akibat tidak memberikan imunisasi campak. Pengetahuan yang dimiliki ibu-ibu akan dijadikan sebagai landasan atau dasar dari tindakan yang akan dilaksanakan. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik dan meyakini kebenarannya akan terus berusaha mewujudkan dalam praktek nyata.
Tingginya persentase ibu yang bepengetahuan kurang baik tetapi memberikan imunisasi pada bayi di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran kemungkinan disebabkan karena ibu memiliki keyakinan dengan memberikan imunisasi akan mencegah penyakit pada bayinya walaupun ibu tidak mengetahui tentang imunisasi secara menyeluruh.
Begitu juga sebaliknya adanya ibu yang memiliki pengetahuan baik tetapi tidak memberikan imunisasi campak pada bayinya kemungkinan disebabkan karena meskipun ibu telah mengetahui dan bisa menjawab sebagian besar kuesioner pengetahuan dengan benar akan tetapi tidak yakin dengan pemberian imunisasi campak sehingga lebih memilih untuk tidak memberikan.
Imunisasi sebagai usaha pencegahan berbagai jenis penyakit, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia pada masa yang akan datang. Tugas utama kita sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan pengetahuan terhadap orang tua tentang imunisasi dan meninjau status imunisasi setiap anak. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit tertentu pada anak tersebut, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia (Ranuh, 2005).
Masih terdapatnya ibu yang memiliki pengetahuan baik tetapi tidak memberikan imunisasi campak pada bayinya diharapkan pada petugas kesehatan untuk lebih aktif dalam memberikan penyuluhan pada masyarakat sehingga dapat meyakinkan masyarakat tentang pentingnya meberikan imunisasi lengkap khususnya imunisasi campak pada balita.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.      Pemberian imunisasi pada bayi di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013, sebagian besar mendapatkan imunisasi campak yaitu 42 bayi (71,2%).
2.      Pengetahuan ibu tentang imunisasi campak pada bayi di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013, sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu 38 orang (64,4%).
3.      Ada hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan pemberian imunisasi campak pada bayi di desa Sukadadi wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013. P value = 0,038, OR = 4,026.

Saran

1.      Bagi petugas kesehatan Kabupaten perlu kiranya meningkatkan pembinaan ke puskesmas yang cakupan imunisasinya masih dibawah target untuk meningkatkan cakupan imunisasi
2.      Dapat menerapkan hasil penelitian ini dimasyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi.
3.      Bagi ibu yang memiliki anak bayi diharapkan untuk aktif mencari informasi mengenai imunisasi baik bertanya kepada petugas kesehatan ataupun melalui media masa seperti koran, majalah, televisi dan radio yang memuat materi tentang imunisasi
4.      Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemberian imunisasi campak.


DAFTAR PUSTAKA

Aditama, TY, 2009. cakupan Universal Child Immunization (UCI) di indonesia. Dirjen P3L KemenKes RI. Jakarta

Arikunto, S, 2010. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.

Bloom,            Benyamin  (1908) dalam Notoatmodjo, S, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Depkes RI, 2007. Pencapaian UCI desa di Indonesia tahun 2007. Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, 2008. Pedoman Imunisasi Dasar. Depkes RI, Jakarta.

Hardi 2008, Faktor Risiko Kejadian Campak pada Balita di Desa Semangut Kecamatan Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2008. dalam http//skrib.com/abstract/diakses tanggal 1 Maret 2013.

Hastono, PS, 2007.  Analisa data Kesehatan. Jakarta : FKM UI

http://www.radarlampung.co.id, 2011. Penurunan cakupan imunisasi campak dan polio. Diakses tangal 1 Maret 2013.

Irmayanti, dkk, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Tras Media.

Kemenkes RI, 2010. Kemkes Targetkan Tahun 2014 Seluruh Desa/Kelurahan 100% UCI. www.depkes.go.id . diakses tangal 1 Maret 2013.

Kemenkes RI, 2012. Profil Indonesia Sehat 2011. Ditjen PP & PL Kemenkes RI, Jakarta.

Kepgub Lampung, 2011, keputusan Gubernur lampung nomor G/407/III.03/HK/2011, tentang penyelangaraan kampanye imunisasi campak dan polio tambahan di propinsi lampung tahun 2011. Sjachroedin.Z.P. Lampung.

Kompas, 2013, pemahaman masyarakat yang masih terbatas bahkan keliru terhadap imunisasi. dalam http//kompas.news.com// diakses tanggal 1 Maret 2013.

Laurence Green, 2005.  Health Program Planning an Aducational and Ecological Approcach.  Boston.  MC Grau Hill

Marimbi Hanum, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan imunisasi dasar pada Balita. Yogyakarta. Nuha Medika.

Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Ranuh,I.G.N.2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi kedua. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

Sahputra, Dody, 2008. Karakteristik anak penderita campak di Puskesmas Sibuhuan  Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas  Tahun 2008. dalam http//jurnalkesehatan.usu//diakses tanggal 1 Maret 2013.

SP2TP, Puskesmas Gedong Tataan, 2012. Laporan Tahunan P2Pl puskesmas Gedong Tataan. Puskesmas Gedong Tataan. Pesawaran.

Wulan, Murniasih, 2012. Faktor yang berhubungan dengan kejadian campak di Wilayah Kerja Puskesmas Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012. Malahayati. Bandar Lampung.

Thanks for reading BAMBANG BASKORO | HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI DESA SUKADADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar